Asuhan
Keperawatan
Katarak
A. Konsep
Katarak
1. Pengertian
Katarak
adalah : kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur-angsur, penglihatan
kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara )
2. Etiologi
§ Ketuaan,
biasanya dijumpai katarak senilis.
§ Trauma,
terjadi karena pukulan benda tumpul /tajam terpapar oleh sinar X atau
benda-benda radioaktif.
§ Penyakit
mata seperti Uveitis
§ Penyakit
sistemik seperti DM.
§ Defek
congenital.
3. Fisiologi
Lensa Mata
Fungsi
lensa mata memfokuskan sinar pada retina. Pada saat itu kekuatan refraksi lensa
berubah sesuai dengan kebutuhan sehingga sinar dapat difokuskan pada retina.
Perubahan kekuatan retraksi disebut akomodasi.
2
(dua) faktor yang menentukan dalam akomodasi yaitu:
a.
Kemampuan lensa untuk berubah bentuk (menjadi lebih cembung)
b. Kekuatan
dari muskulus siliaris.
Bila
muskulus siliaris relaks, zonula zinn menjadi tegang, diameter antara posterior
lensa menjadi lebih pendek dan kekuatan refraksi berkurang. Sebaliknya bila
muskulus siliaris kontraksi maka ketegangan zonula zinn berkurang, sehingga
bentuk lensa menjadi lebih cembung dan kekuatan refraksi bertambah.
4. Patofisiologi
Dalam
keadaan normal transfaransi lensa terjadi karena adanya keseimbangan antara
protein yang dapat larut dengan protein yang tidak dapat larut dalam membran
sesemi permeable. Apabila terjadi peningkatan jumlah protein yang tidak dapat diserap,
mengakibatkan jumlah protein dalam lensa melebihi jumlah protein pada bagian
lain sehingga membentuk massa transparan ataubbintik kecil di sekitar lensa,
membentuk suatu kapsul yang dikenal dengan katarak.
Terjadinya
penumpukan cairan / degenasi dan desintegrasi pada serabut tersebut menyebabkan
jalannya cahayanya terhambat dan mengakibatkan gangguan penglihatan.
5. Pembagian
katarak
1) Katarak
Congenital
Pada
umumnya bilateral. Banyak disebabkan oleh virus rubella pada trimester I
kehamilan bila pada pemeriksaan positif rubella, maka operasi sebaiknya ditunda
sampai umur 2 tahun karena virus masih aktif di dalam lensa. Kalau di operasi
akan terjadi endoftalmitis dan mata akan menjadi rusak. Bila kekeruhan
bilateral segera lakukan operasi satu mata dulu kurang dari 6 bulan untuk
membentuk visus normal. Sedangkan mata satunya dapat dioperasi setelah umur 2
tahun.
2) Katarak
Jevenil
Katarak
yang terjadi pada anak-anak sesudah lahir. Katarak ini termasuk ke dalam development
cataract, yaitu kekeruhan lensa
yang terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat – serat lensa sehingga biasanya
konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut soft cataract. Biasanya
katarak juvenil merupakan bagian dari suatu kejadian penyakit keturunan lain.
3) Katarak
Senil
Katarak
senile ada hubungannya dengan pertambahan umur dan berkaitan dengan proses ketuaan
yang terjadi di dalam lensa. Perubahan yang tampak adalah bertambah tebalnya
nucleus dengan berkembangnya lapisan kortek lensa.
Secara
klinik / proses ketuaan lensa sudah tampak pada pengurangan kekuatan akomodasi
lensa akibat terjadinya skelerosa lensa yang timbul pada decade 4 yang
dimanifestasi dalam bentuk presbiopia.
a. Katarak
insipien
Katarak
yang tidak seperti bercak-bercak yang membentuk gerigi dengan dasar perifer dan
daerah jernih diantaranya. Kekeruhan biasanya terletak di korteks nterior atau
posterior. Kekeruhan ini pada permulaan hanya tampak bila pupil dilebarkan.
Pada
stadium ini terdapat keluhan polidiopia oleh karena indeks refraksi yang tidak
sama pada semua bagian lensa. Bila dilakukan tes bayangan iris (shadow test)
akan negatif.
b. Katarak
imatur
Pada
stadium yang lebih lanjut maka akan terjadi kekeruhan yang lebih tebal. Tetapi
tidak atau belum mengenal seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian
yang jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hydras korteks yang
mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa ini akan
memberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi myopia.
Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris ke depan sehingga bilik
mata depan dan sudut bilik mata depan akan lebih sempit.
Pada
stadium ini akan mudah terjadi glaucoma sebagai penyulit. Stadium imatur
dimana terjadi kecembungan lensa akibat menyerap air disebut stadium
intumesen. Shadow test pada keadaan ini positif.
c.
Katarak matur
Bila
proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-sama
hasil desintegrasi melalui kapsul. Lensa kehilangan cairan sehingga mengkerut
lagi dan kamera okuli anterior menjadi normal kembali. Kekeruhan lensa sudah
menyeluruh warna putih keabu-abuan. Pada pemeriksaan iris shadow negatif dan
fundus refleks negatif.
Pada
stadium ini saat yang baik untuk operasi dengan tehnik intra kapsuler (Tehnik
Lama).
d. Katarak
hipermatur
Merupakan
proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks lensa mencair dan dapat keluar
melalui kapsul lensa.
Dapat
terjadi 2 kemungkinan :
·
Lensa menjadi kehilangan cairannya terus sehingga mengkerut dan
menipis disebut SHRUNKEN KATARAK.
·
Korteks lensa melunak dan mencair, sedangkan nucleus tidak
mengalami perubahan, akibatnya nucleus jatuh disebut MORGANIAN KATARAK.
Operasi pada saat ini kurang menguntungkan karena lebih mudah terjadi
komplikasi.
Katarak
senile :
o
Paling sering dijumpai
o
Biasanya umur lebih dari 50 tahun, tapi kadang-kadang mulai umur
40 tahun
o
Hampir selalu mengenai kedua mata dengan stadium yang berbeda.
Kekeruhan dapat dimulai dari perifer kortek atau sekitar nucleus.
o
Gejala utama adalah penglihatan makin lama makin kabur. Sejak
mulainya terjadi kekeruhan sampai matur dibutuhkan waktu beberapa tahun.
o
Reaksi pupil terhadap cahaya normal.
6. PEMERIKSAAN
1) Visus
menurun bergantung pada :
2) Tak ada
tanda-tanda radang (hyperemia tak ada)
3) Iluminasi
oblik tampak kekeruhan yang keabu-abuan atau putih dengan bayangan hitam
disebut iris shadow.
4) Pemeriksaan
dengan optalmoskop tampak warna hitam diatas dasar orange disebut fundus
reflek.
5) Pada katarak
yang lebih lanjut, kekeruhan bertambah sehingga iris shadow menghilang dan
fundus reflek menjadi hitam saja (negatif).
7. PENGOBATAN
KATARAK
Apabila
penderita masih dapat dikoreksi kacamata, maka diberikan dahulu kacamata. Akan
tetapi ukuran kacamata penderita biasanya sangat mudah / cepat berubah.
Pengobatan yang paling baik dan tepat saat ini adalah operasi.
Indikasi
operasi yaitu :
1) Visus yang
menurun yang tak dapat dikoreksi dengan kacamata dan mengganggu aktifitas.
2) Dahulu
penderita dioperasi bila visusnya 1/300 s/d tak terhingga (LP+).
Akan
tetapi dengan kemajuan tehnologi saat ini katarak dapat dioperasi pada stadium
apapun, bila penderita sudah terganggu aktivitasnya.
Macam
operasi :
1) Intra
Capsular :
Intra
catarax extraction (ICCE) mengeluarkan lensa secara utuh.
2) Ekstra
Capsular :
Extra
capsular catarax extraction (ECCE) : mengeluarkan lensa dengan merobek kapsul
bagian anterior dan meninggalkan kapsul bagian posterior.
Pada
saat ini dimana kemajuan tehnologi yang sudah tinggi, tehnik ECCE lebih disukai
karena komplikasinya lebih kecil dan dapat disertai pemasangan lensa implant
intra okuler (IOL = intra okuler lens). Sehingga hasil setelah operasi menjadi
lebih baik.
Afakia
:
o
Mata yang lensanya tidak ada (dioperasi atau sebab lain).
o
Visus 1/60
o
Menjadi hipermetrop (kira-kira + 10.00 D)
o
Kehilangan daya akomodasi
o
Untuk membaca memerlukan tambahan + 3.00 D
Pseudofkia
:
Mata
yang lensanya sudah diambil dan dipasang IOL
Visus
lebih baik, bisa sampai 6/6
Kehilangan
daya akomodasi
Untuk
membaca memerlukan tambahan + 3.00 D
Evaluasi
sesudah operasi katarak :
Hari
1 sesudah operasi harus sudah dievaluasi yaitu :
1) Perdarahan
dibilik mata depan (hifema).
2) Kamera okuli
anterior jernih/keruh :
Bila
mata depan keruh (flare/sel positif)
o
Bilik mata depan keruh (flare /sel positif)
o
Mungkin sampai terjadi pengendapan pus di bilik mata depan
(hipopion).
o
Iris miossi disertai sinekia postrior
3) Perhatikan
pupil miosis/midriasis/normal :
o
Miosis : biasanya dipergunakan miotikum pada waktu operasi
sehingga hari berikutnya pupil menjadi miosis. Miosis ini dapat terjadi bila
terjadi uveitis anterior, dan biasanya disertai adanya sinekia posterior.
o
Midirasis : dapat terjadi bila ada peningkatan tekanan intra
okuler (glaucoma)
o
Pupil tidak bulat : terjadi bila pada waktu operasi terjadi
korpukasi (korpus viterius keluar).
8.
PENGOBATAN SESUDAH OPERASI KATARAK :
Setelah
operasi dapat diberi :
o
Kacamata, diberikan bila tanda-tanda iritasi sudah hilang (kurang
lebih sesudah 1,5 bulan post op), sudah tidak ada perubahan refraksi (3 x
refraksi tiap minggu).
o
Lensa Kontak :
Penglihatan
lebih baik daripada kacamata, dan dipakai pada operasi katarak unilateral (satu
mata).
o
Inolan Lensa Intra Okuli (IOL) :
-
Implan ini memasukkan ke dalam mata pada saat operasi,
menggantikan lensa yang diambil (ECCE).
-
Letaknya permanen
-
Tidak memerlukan perawatan.
-
Visus lebih baik daripada kacamata / lensa kontak.
Kerugian
:
o
Merupakan benda asing, kemungkinan bereaksi / ditolak oleh tubuh.
o
Tehnik operasi lebih sukar/canggih.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
9. PENGKAJIAN
PRE OPERATIF
Subyektif : keluhan
penglihatan
o
Kabur secara total
o
Hanya melihat baik pada tempat yang redup
o
Hanya dapat melihat rangsangan cahaya saja
o
Ganda / majemuk pada satu mata.
Indikator
verbal dan non verbal dari ansietas.
Pemahaman
tentang pembedahan katarak termasuk :
o
Sifat prosedur
o
Resiko dan keuntungan
o
Obat anestesi
o
Pilihan untuk rehabilitasi visual setelah pembedahan, seperti
implan lensa intraokuler, kontak lensa dan kacamata katarak (kacamata afakia).
Jumlah
informasi yang dicari klien.
Obyektif
:
o
Tidak terdapat tanda-tanda peradangan kecuali pada katarak
komplikata yang penyakit intra okulernya masih aktif.
o
Pada pemeriksaan penyinaran lensa tampak kelabu atau kekeruhan
yang memutih.
o
Pada pemeriksaan optalmoskop pada jarak tertentu didapatkan
kekeruhan yang berwarna hitam dengan latar belakang berwarna merah.
o
Pada pemeriksaan refraksi meningkat. Pada penderita yang tadinya
menderita presbiopia kemudian menderita katarak, pada stadium awal dapat
membaca tanpa menggunakan kacamata baca.
o
Observasi terjadinya tanda-tanda glaucoma karena komplikasi
katarak, tersering adalah glaucoma seperti adanya rasa nyeri karena peningkatan
TIO, kelainan lapang pandang.
10.
PENGKAJIAN POST OPERASI
a.
Data Subyektif
§ Nyeri
§ Mual
§ Diaporesis
§ Riwayat
jatuh sebelumnya
§ Sistem
pendukung, lingkungan rumah.
b.
Data Obyektif
§ Perubahan
tanda-tanda vital
§ Respon yang
lazim terhadap nyeri.
§ Tanda-tanda
infeksi
1) Kemerahan
2) Oedema
3) Infeksi
kojunctiva (pembuluh darah konjunctiva menonjol).
4) Drainase
pada kelopak mata dan bulu mata.
5) Zat purulen
6) Peningkatan
suhu
7) Nilai lab;
peningkatan leukosit, perubahan leukosit, hasil pemeriksaan kultur sensitifitas
abnormal.
§ Ketajaman
penglihatan masing-masing mata
§ Kesiapan dan
kemampuan untuk belajar dan menyerap informasi
11.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.
PRE OPERATIF
1) Gangguan
persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan penurunan ketajaman
penglihatan, penglihatan ganda.
Tujuan
: gangguan persepsi sensori teratasi.
Kriteria
hasil :
o
Dengan penglihatan yang terbatas klien mampu melihat lingkungan
semaksimal mungkin.
o
Mengenal perubahan stimulus yang positif dan negatif
o
Mengidentifikasi kebiasaan lingkungan.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Orientasikan
pasien terhadap lingkungan aktifitas.
2.
Bedakan
kemampuan lapang pandang diantara kedua mata
3.
Observasi
tanda disorientasi dengan tetap berada di sisi pasien.
4.
Dorong
klien untuk melakukan aktivitas sederhana seperti menonton TV, radio, dll
5.
Anjurkan
pasien menggunakan kacamata katarak, cegah lapang pandang perifer dan catat
terjadinya bintik buta.
6.
Posisi
pintu harus tertutup terbuka, jauhkan rintangan.
|
£ Memperkenalkan pada pasien tentang
lingkungan dam aktifitas sehingga dapat meninggalkan stimulus penglihatan.
£ Menentukan kemampuan lapang pandang tiap
mata
£ Mengurangi ketakutan pasien dan meningkatkan
stimulus.
£ Meningkatkan input sensori, dan
mempertahankan perasaan normal, tanpa meningkatkan stress.
£ Menurunkan penglihatan perifer dan gerakan.
£ Menurunkan penglihatan perifer dan gerakan.
|
2) Cemas
berhubungan dengan pembedahan yang akan dijalani dan kemungkinan kegagalan
untuk memperoleh penglihatan kembali.
Tujuan
: kecemasan teratasi
Kriteria
hasil :
Mengungkapkan
kekhawatirannya dan ketakutan mengenai pembedahan yang akan dijalani.
Mengungkapkan
pemahaman tindakan rutin perioperasi dan perawatan.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Ciptakan
lingkungan yang tenang dan relaks, berikan dorongan untuk verbalisasi dan
mendengarkan dengan penuh perhatian.
2.
Yakinkan
klien bahwa ansietas mempunyai respon normal dan diperkirakan terjadi pada
pembedahan katarak yang akan dijalani.
3.
Tunjukkan
kesalahpahaman yang diekspresikan klien, berikan informasi yang akurat.
4.
Sajikan
informasi menggunakan metode dan media instruksional.
5.
Jelaskan
kepada klien aktivitas premedikasi yang diperlukan.
6.
Diskusikan
tindakan keperawatan pra operatif yang diharapkan.
7.
Berikan
informasi tentang aktivitas penglihatan dan suara yang berkaitan dengan
periode intra operatif
|
£ Membantu mengidentifikasi sumber ansietas.
£ Meningkatkan keyakinan klien
£ Meningkatkan keyakinan klien
£ Meningkatkan proses belajar dan informasi
tertulis mempunyai sumber rujukan setelah pulang.
£ Pengetahuan yang meningkat akan menambah
kooperatif klien dan menurunkan kecemasan.
£ S d a
£ Menjelaskan pilihan memungkinkan klien
membuat keputusan secara benar.
|
b.
POST OPERATIF
1) Gangguan
rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan prosedur invasive.
Tujuan : nyeri teratasi
Kriteria hasil
: klien melaporkan penurunan
nyeri secara progresif dan nyeri terkontrol setelah intervensi.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Bantu
klien dalam mengidentifikasi tindakan penghilangan nyeri yang efektif.
2.
Jelaskan
bahwa nyeri dapat terjadi sampai beberapa jam setelah pembedahan.
3.
Lakukan
tindakan mengurangi nyeri dengan cara:
-
Posisi :
tinggikan bagian kepala tempat tidur, ganti posisi dan tidur, ganti posisi
dan tidur pada sisi yang tidak dioperasi
-
Distraksi
-
Latihan
relaksasi
4.
Berikan
obat analgetik sesuai program
5.
Lapor
dokter jika nyeri tidak hilang setelah ½ jam pemberian obat, jika nyeri
disertai mual.
|
1.
Membantu
pasien menemukan tindakan yang dapat menghilangkan atau mengurangi nyeri yang
efektif.
2.
Nyeri
dapat terjadi sampai anestesi local habis, memahami hal ini dapat membantu
mengurangi kecemasan yang berhubungan dengan yang tidak diperkirakan.
3.
Latihan
nyeri dengan menggunakan tindakan yang non farmakologi memungkinkan klien
untuk memperoleh rasa kontrol terhadap nyeri.
4.
Analgesik
dapat menghambat reseptor nyeri.
5.
Tanda ini
menunjukkan peningkatan tekanan intra ocular atau komplikasi lain.
|
2) Resiko
tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (bedah
pengangkatan).
Tujuan :
infeksi tidak terjadi
Kriteria
hasil :
§ Tanda-tanda
infeksi tidak terjadi
§ Penyembuhan
luka tepat waktu
§ Bebas
drainase purulen , eritema, dan demam
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Tingkatkan
penyembuhan luka dengan :
-
Beri dorongan
untuk mengikuti diet seimbang dan asupan cairan yang adekuat
-
Instruksikan
klien untuk tetap menutup mata sampai hari pertama setelah operasi atau
sampai diberitahukan.
2.
Gunakan
tehnik aseptic untuk meneteskan tetes mata :
-
Cuci
tangan sebelum memulai
-
Pegang
alat penetes agak jauh dari mata.
-
Ketika
meneteskan hindari kontk antara mata dengan tetesan dan alat penetes.
3.
Gunakan
tehnik aseptic untuk membersihkan mata dari dalam ke luar dengan tisu basah /
bola kapas untuk tiap usapan, ganti balutan dan memasukkan lensa bila
menggunakan.
4.
Tekankan
pentingnya tidak menyentuh / menggaruk mata yang dioperasi.
5.
Observasi
tanda dan gejala infeksi seperti : kemerahan, kelopak mata bengkak, drainase
purulen, injeksi konjunctiva (pembuluh darah menonjol), peningkatan suhu.
6.
Anjurkan
untuk mencegah ketegangan pada jahitan dengan cara : menggunakan kacamata
protektif dan pelindung mata pada malam hari.
7.
Kolaborasi
obat sesuai indikasi :
-
Antibiotika
(topical, parental atau sub conjunctiva)
-
Steroid
|
£ Nutrisi dan hidrasi yang optimal
meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, meningkatkan penyembuhan luka
pembedahan.
£ Memakai pelindung mata meingkatkan
penyembuhan dan menurunkan kekuatan iritasi kelopak mata terhadap jahitan
luka.
£ Tehnik aseptic menimalkan masuknya
mikroorganisme dan mengurangi infeksi.
£ Tehnik aseptic menurunkan resiko penyebaran
infeksi/.bakteri dan kontaminasi silang.
£ Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi
operasi.
£ Deteksi dini infeksi memungkinkan
penanganan yang cepat untuk meminimalkan keseriusan infeksi.
£ Ketegangan pada jahitan dapat menimbulkan
interupsi, menciptakan jala masuk untuk mirkoorganisme
£ Sediaan topical digunakan secara
profilaksis, dimana terapi lebih agresif diperlukan bila terjadi infeksi
£ Menurunkan inflamasi
|
3) Gangguan
sensori – perceptual : penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori/ status organ indera, lingkugan secara terapeutik dibatasi, ditandai
dengan :
§ Menurunnya
ketajaman, gangguan penglihatan.
§ Perubahan
respo biasanya terhadap rangsang.
Hasilnya
yang diharapkan :
§ Meningkatkan
ketajaman penglihatn dalam batas situasi individu
§ Mengenal
gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan
Intervensi
|
Rasional
|
1.
tentukan
ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat
2.
orientasi
pasien terhadap lingkungan, staf/ orang lain di area
3.
observasi
tanda-tanda dan gejala-gejala disorientasi, pertahankan pengamanan tempat
tidur sampai benar-benar sembuh dari anesthesia.
4.
ingatkan
klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar ± 25%, penglihatan
perifer hilang.
|
·
Kebutuhan
individu dan pilihan intervensi dan pilihan intervensi bervariasi sebab
kehilangan penglihatan terjadi lambat dan progresif.
·
Memberikan
peningkatan kenyamanan dan kekeluargaaan, menurunkan cemas dan disorientasi
pasca operasi.
·
Terbangun
dalam lingkungan yang tak dikenal dan mengalami keterbatasan penglihatan
dapat mengakibatkan bingung pada orangtua.
·
Perubahan
ketajaman dan kedalaman persepsi dapat menyebabkan bingung / meningkatkan
resiko cedera sampai pasien belajar untuk mengkompensasi.
|
4) Kurang
pengetahuan tentang kondisi prognosis pengobatan berhubungan dengan tidak
mengenal sumber informasi, ditandai dengan klien kurang mengikuti instruksi,
sering bertanya terjadi komplikasi yang dapat dicegah.
Tujuan :
Setelah
diberikan tindakan keperawatan berupa HE diharapkan klien mengerti dengan
kondisi, prognosis,dan pengobatan.
Kriteria
hasil :
§ Dapat
melakukan perawatan dengan prosedur yang benar
§ Dapat
menyembuhkan kembali apa yang telah dijelasakan.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji informasi
tentang kondisi individu prognosis tipe prosedur, tipe prosedur lensa.
2.
Tekankan
pentingnya evaluasi perawatan. Beritahu untuk melaporkan penglihatan berawan.
3.
Informasikan
kepada klien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.
4.
Dorong
pemasukan cairan yang adekuat, makan terserat.
5.
Anjurkan
klien untuk menghindari membaca, berkedip, mengangkat yang berat, mengejar
saat defekasi, membongkok pada panggul, meniup hidung penggunaan spray, bedak
bubuk, merokok.
|
·
Meningkatkan
pemahaman dan kerjasama dengan program pasca operasi
·
Pengawasan
periodic menurun kan resiko komplikasi serius.
·
Dapat
bereaksi silang / campur dengan obat yang diberikan.
·
Memertahankan
konsistensi faeces untuk menghindari mengejan
·
Aktifitas
yang menyebabkan mata lelah tegang, manuver valsava atau meningkatkan TID
dapat mempengaruhi hasil operasi dan mencetuskan perdarahan.
·
Catatan :
iritasi pernapasan yang menyebabkan batuk / bersih dapat meningkatkan TID.
|
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, (1999), Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan,
Edisi 6, EGC, Jakarta.
Doengoes, Mariyln E., (2000) Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Sidarta Ilyas, (1997), Katarak, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Tamim Radjamin RK, Dkk, (1993), Ilmu Penyakit Mata, Airlangga
University Press, Surabaya.