Pages

Minggu, 25 September 2011

ASKEP UROLITHIASIS

UROLITHIASIS

A.    PENGERTIAN
Urolithiasis merupakan penyakit yang salah satu dari gejalanya adalah pembentukan batu didalam saluran kemih.

B.     ETIOLOGI
Teori pembentukan batu:
1.      Teori Nukleus: Kristal benda asing merupakan tempat pengendapan kristal pada urine yang sudah mengalami supersaturasi.
2.      Teori Matriks: Matriks organic yang berasal dari semua atau protei-protein urine yang memberikan kemungkinan pengendapan kristal
3.      Teori Inhibitor Kristalisasi: Beberapa substansi dalam urine menghambat terjadinya kristalisasi, konsentrasi yang rendah atau absesnya substansi ini memungkinkan terjadinya kristalisasi.
Etiologi batu saluran kemih:
-          Idiopatik
-          Gangguan aliran air kemih
·         Fimosis
·         Striktur Meatus
·         Hipertropi prostat
·         Refluks vesiko-ureteral
·         Kontriksi hubungan ureteropelvik
-          Gangguan metabolisme
·         Hiperparatiroidisme
·         Hiperuresemia
·         hiperkalsiuria
-          Infeksi saluran kemih oleh mikroorganisme berdaya membuat uroase (proteusmitabilis)
-          Dehisrasi
·         Kurang minum, suhu lingkungan yang tinggi

-          Benda asing
·         Fragmen kateter
·         Telur sistosoma
-          Jaringan mati (nekrosis pupil)
-          Multifaktor
·         Anak dinegara berkembang
·         Penderita multitrauma

C.    TANDA DAN GEJALA
Tanda dan  gejala penyakit baru salauran kemih ditentukan oleh letaknya, besarnya, dan morfologinya. Walaupun demikian penyakit ini mempunyai tanda umum yaitu hematuria, baik hematuria terbuka atau mikroskopik. Selain itu, bila disertai infeksi saluran kemih dapat juga ditemukan kelainan endapan urine bahkan mungkin demam atau tanda sistemik lain.
Pasien dengan batu ginjal akan merasa pegal dan kolik pada daerah sudut kostovertebralis (Costovertebra Angle: CVA). Pada pemeriksaan fisis didapatkan nyeri tekan dan nyeri ketok CVA. Bila erjadi hidronefrosis akan teraba adanya massa. Dapat terjadi infeksi dan bila terjadi sepsis akan demam, menggigil serta apatis.gejala traktus digestivus seperti nausea, vonitus dan distensi abdomen dapat terjadi karena ileus paralitik.
Pada pasien dengan batu ureter terdapat rasa nyeri mendadak yang disebabkan batu yang lewat, rasa sakit berupa rasa pegal di CVA / kolik yang menjalar keperut bawah sesuai lokasi batu dalam ureter.
Pada pasien dengan batu buli-buli terdapat gejala miksi yang lancar tiba-tiba terhenti dan terasa sakit yang menjalar ke penis. Miksi yang berhenti tu dapat lancar kembali bila posisi dibawah. Pada anak-anak mereka akan berguling-guling dan menarik penisnya.
Pasien dengan batu uretra dapat mengalami miksi yang tiba-tiba berhenti disertai rasa sakit yang hebat pada penis, batang penis, perineum dan rectum.

D.    PATOFISIOLOGI
Selain oleh keluhan bawaan atau cedera. Keadaan patologik dapat disebabkan oleh infeksi, pembentukan batu disaluran kemih dan tumor. Keadaan tersebut sering menyebabkan bendungan karena hambatan pengeluaran kemih. Infeksi, trauma, tumor dapat menyebabkan penyempitan atau struktur uretra sehingga terjadi bendungan dan stasis yang memudahkan infeksi. Lingkungan stasis dan infeksi memungkinkan terbentuk batu yang juga akan menyebabkan bendungan dan memudahkan infeksi karena bersifat sebagai benda asing.
Stasis urine, urothialisis dan infeksi saluran kemih merupakan peristiwa yang saling mempengaruhi. Secara berantai saling memicu, saling memberatkan dan saling mempersulit penyembuhan.

E.     PENATALAKSANAAN
1.      Operasi terbuka
2.      Operasi Endoskopi (PNCL, URS-Lithotripsy, lithotripsy mekanik, dll)
3.      Extra Corpereal Shokewave Lithotripsy
Terapi konservatif dengan pemberian diuretic hanya dilakukan pada batu ureter yang berukuran diameter < 5 mm dengan hidronefrosis ringan yang nyeri koliknya sudah diatasi.

F.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Pemeriksaan darah perifer lengkap dan fungsi ginjal
2.      Pemeriksaan urinalisa
3.      Pemeriksaan BNO-IVP, prelografi retrograd / anterograd
4.      Pemeriksaan radiologis lain, yaitu USG, CT Scan, MRI atau Nuclean Scintigraphy

G.    PROGNOSIS
Urolithyasis yang kronik menyulitkan, akan dapat berefek buruk.

H.    DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1.      Nyeri b.d cedera jaringan sekunder terhadap batu ginjal
Intervensi:
-          Monitor dan dokumentasikan lokasi dan tempat nyeri.
-          Berikan banyak cairan bila mual tidak ada. Lakukan dan pertahankan terapi IV yang diprogramkan bila mual dan muntah terjadi.
-          Dorong aktifits sesuai toleransi. Beri analgetik dan antiemetik sebelum bergerak bila mungkin. Evaluasi keefektifannya.
-          Monitor vital sign.
2.      Resiko tinggi terhadap cedera b.d adanya batu pada saluran ginjal
Intervensi:
-          Pantau:
·         Tanda-tanda vital tiap 4 jam
·         Urine (warna, bau) setiap 8 jam
·         Masukan dan haluaran setiap 8 jam
·         PH urine setiap 8 jam
-          Saring semua urine. Observasi terhadap kristal. Simpan kristal untuk dilihat dokter, kemudian kirim ke laboratorium untuk analisa komposisi.
-          Konsul dokter bila:
·         Pasien sering berkemih, jumlah sedikit dan terus-menerus terasa ada dorongan untuk berkemih setelah berkemih.
·         Perubahan warna urine dari jernih sampai keruh dan tercium bau busuk
·         Oliguria (< 30 ml/jam) atau anuria terjadi
·         Nyeri menetap tak hilang dengan analisa. 
-          Berikan obat-obatan sesuai program untuk mempertahankan PH urine tetap
3.      Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, dan rencana tindakan.
Intervensi:
-          Berikan kesempatan kepada pasien dan oprang terdekat untuk mengekxpresikan perasaannya dan harapannya. Perbaiki konsep yang salah.
-          Berikan informasi tentang:
·         Sifat penyakit
·         Tujuan tindakan yang diprogramkan
·         Pemeriksaan diagnostik
Bila informasi harus diberikan selama episode nyeri, pertahankan instruksi dan penjelasan sigkat dan sederhana. Berikan informasi lebih detail bila nyeri terkontrol.
4.      Resiko tinggi kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan dirumah b.d kurang pengetahuan tentang tindakan pencegahan dirumah.
Intervensi:
-          Atur untuk konsul dengan ahli diet tentang informasi perencanaan makan berdasarkan komposisi batu.
-          Ajarkan pasien tentang obat-obatan yang diresepkan
-          Ajarkan pasien tindakan pencegahan:
·         Minum minimal 8 gelas /hari kecuali jika kontraindikasi
·         Pantau pH urine setiap hari
·         Taat program pembatasan diet
·         Gunakan obat yang diresepkan


DAFTAR PUSTAKA
Engran, Barbara, 1998.”Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah”. Volume:I, EGC. Jakarta.
Mansjoer, Arief, dkk.2000.”Kapita Selekta Kedokteran”. Edisi Ketiga, Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta.
Noer, Sjaifoellah. H.M. Prof.dr. 1996.”Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam”. Jilid I, Bagian: E. Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI. Jakarta 
Sjamsuhidayat, R dan Wim de Jong, 1999.”Buku Ajar Ilmu Bedah”. Bagian D. Edisi Revisi. EGC. Jakarta.

1 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...