Pages

Kamis, 22 September 2011

WAHAM

WAHAM

A.    Konsep Dasar Waham
1.       Pengertian
Waham merupakan keyakinan seseorang berdasarkan penelitian realistis yang salah, keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya (Keliat, BA, 1998). Waham adalah kepercayaan yang salah terhadap objek dan tidak konsisten dengan latar belakang intelektual dan budaya (Rawlins, 1993).
Waham dibangun atas unsur-unsur yang tidak berdasarkan logika, individu tidak mau melepaskan wahamnya, walaupun telah tersedia cukup bukti-bukti yang objektif tentang kebenaran itu. Biasanya waham digunakan untuk mengisi keperluan atau keinginan-keinginan dari penderita itu sendiri. Waham merupakan suatu cara untuk memberikan gambaran dari berbagai problem sendiri atau tekanan-tekanan yang ada dalam kepribadian penderita biasanya:
a.       Keinginan yang tertekan.
b.      Kekecewaan dalam berbagai harapan.
c.       Perasaan rendah diri.
d.      Perasaan bersalah.
e.       Keadaan yang memerlukan perlindungan terhadap ketakutan. 
2.       Faktor Predisposisi dan Prespitasi
Faktor predisposisi yang mungkin mengakibatkan timbulnya waham (Stuart dan Sundeen, 1995.dikutip oleh Keliat, B.A.1998) adalah:
a.       Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak / SSp. yang menimbulkan.
1)      Hambatan perkembangan otak khususnya kortek prontal, temporal dan limbik.
2)      Pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, perinatal, neonatus dan kanak-kanak.
b.      Psikososial
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien. Sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi seperti penolakan dan kekerasan.
c.       Sosial Budaya
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi timbulnya waham seperti kemiskinan. Konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan) serta kehidupan yang terisolasi dan stress yang menumpuk.
Faktor prespitasi yang biasanya menimbulkan waham merupakan karakteristik umum latar belakang termasuk riwayat penganiayaan fisik / emosional, perlakuan kekerasan dari orang tua, tuntutan pendidikan yang perfeksionis, tekanan, isolasi, permusuhan, perasaan tidak berguna ataupun tidak berdaya.

3.       Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang dihasilkan atas penggolongan waham (Standar Asuhan Keperawatan Jiwa RSJP Bogor di kutip oleh RSJP Banjarmasin, 2001) yaitu:
a.       Irritable
b.      Ekspresi wajah tegang
c.       Cenderung menghindari orang lain
d.      Menolak makan dan minum
e.       Cenderung mencurigai orang lain
f.       Sering diam, menyendiri.
g.      Gerakan tidak terkontrol
h.      Juga bisa sampai melukai orang lain

4.       Jenis-Jenis Waham
a.       Waham Kebesaran
Penderita merasa dirinya orang besar, berpangkat tinggi, orang yang pandai sekali, orang kaya.
b.       Waham Berdosa
Timbul perasaan bersalah yang luar biasa dan merasakan suatu dosa yang besar. Penderita percaya sudah selayaknya ia di hukum berat.
c.       Waham Dikejar
Individu merasa dirinya senantiasa di kejar-kejar oleh orang lain atau kelompok orang yang bermaksud berbuat jahat padanya.
d.      Waham Curiga
Individu merasa selalu disindir oleh orang-orang sekitarnya. Individu curiga terhadap sekitarnya. Biasanya individu yang mempunyai waham ini mencari-cari hubungan antara dirinya dengan orang lain di sekitarnya, yang bermaksud menyindirnya atau menuduh hal-hal yang tidak senonoh terhadap dirinya. Dalam bentuk yang lebih ringan, kita kenal “Ideas of reference” yaitu ide atau perasaan bahwa peristiwa tertentu dan perbuatan-perbuatan tertentu dari orang lain (senyuman, gerak-gerik tangan, nyanyian dan sebagainya) mempunyai hubungan dengan dirinya.
e.       Waham Cemburu
Selalu cemburu pada orang lain.
f.        Waham Somatik atau HipokondriaKeyakinan tentang berbagai penyakit yang berada dalam tubuhnya seperti ususnya yang membusuk, otak yang mencair.
g.       Waham Keagamaan
Waham yang keyakinan dan pembicaraan selalu tentang agama.
h.       Waham Nihilistik
Keyakinan bahwa dunia ini sudah hancur atau dirinya sendiri sudah meninggal.
i.         Waham Pengaruh
Yaitu pikiran, emosi dan perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh orang lain atau kekuatan.

5.       Penatalaksanaan
Perawatan dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan karena, kemungkinan dapat menimbulkan kemunduran mental. Tetapi jangan memandang klien dengan waham pada gangguan skizofrenia ini sebagai pasien yang tidak dapat disembuhkan lagi atau orang yang aneh dan inferior bila sudah dapat kontak maka dilakukan bimbingan tentang hal-hal yang praktis. Biar pun klien tidak sembuh sempurna, dengan pengobatan dan bimbingan yang baik dapat ditolong untuk bekerja sederhana di rumah ataupun di luar rumah. Keluarga atau orang lain di lingkungan klien diberi penjelasan (manipulasi lingkungan) agar mereka lebih sabar menghadapinya.
Penatalaksanaan klien dengan waham meliputi farmako terapi, ECT dan terapi lainnya seperti: terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi somatik, terapi seni, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spritual dan terapi okupasi yang semuanya bertujuan untuk memperbaiki perilaku klien dengan waham pada gangguan skizofrenia. Penatalaksanaan yang terakhir adalah rehablitasi sebagai suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan bagi klien agar mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.

B.   Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Waham
1.      Pengkajian
Menurut tim Depkes RI (1994), pengkajian adalah langkah awal dan dasar proses keperawatan secara menyeluruh. Pada tahap ini pasien yang dibutuhkan dikumpulkan untuk menentukan masalah keperawatan.
Patricia A Potter et al (1993) dalam bukunya menyebutkan bahwa pengkajian terdiri dari 3 kegiatan yaitu: pengumpulan data, pengelompokan data atau analisa data dan perumusan diagnosa keperawatan. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber data yaitu sumber data primer (klien) dan sumber data sekunder seperti keluarga, teman terdekat klien, tim kesehatan, catatan dalam berkas dokumen medis klien dan hasil pemeriksaan. Untuk mengumpulkan data dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: dengan observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik.
Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat. Isi pengkajiannya meliputi:
a.       Identifikasi klien
1)      Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan.
b.       Keluhan utama / alasan masuk
Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai.
c.       Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan terjadinya gangguan:
1)      Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien.
2)      Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak.
3)      Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk.
d.      Aspek fisik / biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.
e.       Aspek psikososial
1)      Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
2)      Konsep diri
a)     Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak disukai.
b)    Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki / perempuan.
c)     Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut biasanya pada klien waham tidak mampu melaksanakan peran dengan baik.
d)    Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan penyakitnya.
e)     Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah.
3)      Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
4)      Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.



f.        Status mental
1)      Penampilan, meliputi penggunaan dan ketepatan cara berpakaian.
2)      Pembicaraan, biasanya klien diam, apatis, gagap, jawaban singkat, atau menundukkan kepala.
3)      Aktivitas motorik, klien suka menyendiri, agitasi.
4)      Alam perasaan, Adanya ketakutan dan kekhawatiran.
5)      Afek, apakah datar, tumpul, labil, atau tidak sesuai.
6)      Interaksi selama wawancara, biasanya kontak mata kurang, curiga dan mudah tersinggung.
7)      Persepsi, apakah ada halusinasi atau tidak.
8)      Proses pikir, apakah tangensial, sirkumtansial, kehilangan asosiasi, flight of ideas, atau blocking, yang sering terjadi pada waham adalah perseverasi atau klien selalu mengulang-ulang apa yang dikatakannya atau yang diyakininya.
9)      Isi pikir, Biasanya klien tidak mempercayai orang lain, curiga dan bermusuhan, merusak diri dan orang lain atau lingkungan.
g.       Kebutuhan persiapan pulang
1)      Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan.
2)      Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan dan merapikan pakaian.
3)      Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.
4)      Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.
5)      Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum obat.
h.       Masalah psikososial dan lingkungan
Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.

i.         Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.
j.         Aspek medik
Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.

2.      Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil dari pengkajian (Gabie, dikutip oleh Carpernito, 1983).
Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual atau potensial dan berdasarkan pendidikan dan pengalamannya perawat mampu mengatasinya (Gordon dikutip oleh Carpernito, 1983)
Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari hasil pengkajian adalah:
a.       Gangguan proses pikir; waham.
b.      Kerusakan komunikasi verbal.
c.       Resiko menciderai orang lain.
d.      Gangguan interaksi sosial: menarik diri.
e.       Gangguan konsep diri; harga diri rendah.
f.       Tidak efektifnya koping individu.
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah:
1.      Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham.
2.      Gangguan proses pikir berhubungan dengan HDR.

3.       Rencana Intervensi.
Rencana tindakan keperawatan terdiri 3 aspek utama yaitu :
a.       Tujuan Umum.
Berfokus pada penyelesaian permasalahan dari diagnosa. Tujuan umum dapat dicapai jika serangkaian tugas khusus dapat dicapai.
b.      Tujuan khusus.
Berfokus pada penyelesaiaan etiologi dari diagnosa. Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan klien yang perlu dicapai atau dimiliki klien. Umumnya kemampuan pada tujuan khusus dapat dibagi menjadi 3 aspek (Stuart & Sundeen, 1995) yaitu: kemampuan kognitif  yang diperlukan untuk menyelesaikan etiologi dari diagosa keperawatan, kemampuan psikomotor yang diperlukan agar etiologi dapat selesai, dan kemampuan afektif yang perlu dimiliki agar klien percaya akan kemampuan menyelesaikan masalah.
c.       Rencana tindakan keperawatan.
Merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai tujuan khusus. Tindakan keperawatan menggambarkan tindakan keperawatan mandiri, kerjasama dengan klien, keluarga, kelompok, dan kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa lainnya. Rencana tindakan keperawatan tersebut seperti : bina hubungan saling percaya, identifkasi koping yang biasa digunakan klien dalam mengatasi masalah, identifikasi kemampuan / kelebihan yang dimiliki klien, bantu klien dalam proses pemecahan masalah dengan menggunakan koping adaptif, diskusikan dengan keluarga tentang perubahan perilaku klien dan hubungannya dengan peristiwa yang dialami klien serta pentingnya dukungan keluarga dalam membantu klien dalam mengatasi masalahnya, beri umpan balik positif atas keterlibatan keluarga dalam proses pemecahan masalah. Untuk lebih jelasnya lihat pada lampiran

4.      Tindakan keperawatan / implementasi.
Merupakan pelaksanaan dari rencana rindakan yang sudah dibuat, dengan berdasarkan pada  tujuan umum dan tujuan khusus.
     Prinsip tindakan keperawatan pada kien dengan Waham curiga:
a.             Menerapkan komunikasi yang baik:
1.       Membina hubungan saling percaya melalui:
a).    Membuat kontrak dengan pasien: memperkenalkan nama perawat, tujuan interaksi.
b).    Tunjukkan sikap empati dan menerima
c).    Jangan mendukung dan membantah waham klien.
2.       Berkomunikasi dengan pasien secara jelas dan terbuka dengan cara:
a).    Bicarakan dengan pasien tentang suatu hal yang nyata dengan istilah sederhana dengan topik pembicaraan yang disukai klien untuk mengorientasikan kembali pada hal yang real.
b).    Gunakan komunikasi verbal dan nonverbal yang sesuai dengan singkat, jelas, dan teratur.
c).    Bersama klien menilai manfaat pembicaraannya dengan perawat.
3.       Kenal dan dukung kelebihan klien melalui:
a).    Tanyakan pada klien dan kelurga cara penyelesaian masalah (koping) yang biasa digunakan untuk klien.
b).    Bahas bersama kien tentang koping yang konstruktif.
c).    Dukung koping klien yang konstruktif.
4.       Bantu klien mengurangi ansietasnya ketika berhubungan interpersonal:
a).    Batasi jumlah orang yang ingin berhubungan dengan klien pada awal terafi.
b).    Lakukan interaksi dengan klien sesering mungkin
c).    Temani klien beberapa saat dengan duduk disanpingnya.
d).   Libatkan klien dalam berinteraksi dengan orang lain secara bertahap dimulai dari klien dengan satu orang perawat “one by one” kemudian seterusnya.
b.             Pendidikan kesehatan
1.      Jelaskan kepada klien cara mengungkapkan perasaan selain dengan kata-kata bisa dengan menulis, menangis, menggambar, berolah raga, dan bermain musik.
2.      Bicarakan dengan klien peristiwa yang membuat kien curiga. Jelaskan dan anjurkan kepada keluarga untuk tetap mengadakan hubungan dengan klien.


c.             Pemenuhan kegiatan hidup sehari-hari, dengan;
1.      Bantu klien dalam melaksanakan kebersihan diri sampai dapat melaksanakannya secara mandiri.
2.      Bimbing klien berpakaian rapi.
3.      Batasi kesempatan untuk tidur siang.
4.      Sediakan informasi dan hiburan seperti majalah surat kabar, atau radio.
d.            Menciptakan lingkungan yang terafetik, meliputi:
1.      Fisik
a).    Pindahkan barang-barang yang dpat membahayakan klien maupun orang lain dari ruangan klien.
b).    Usahakan agar kien tidak berada dalam ruangannya sendiri dalam jangka waktu yang lama.

2.      Sosial
a).    Libatkan klien dalam interaksi dengan klien dan perawata lain secara bertahap.
b).    Fasilitasi klien untuk berperan serta dalam terapi kelompok, okupasi, serta terapi keluarga.


5.      Kriteria Evaluasi Keperawatan.
   Kriteria evaluasi dibuat berdasarkan pada tujuan khusus yang biasanya terdiri dari beberapa tujuan, masing-masing tujuan tersebut dibuat kreteria evaluasinya.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...