Pages

Kamis, 12 Januari 2012

ASKEP SLE


Asuhan Keperawatan
Sistemisc lupus erythematosus

A.  Pengertian

SLE (Sistemisc lupus erythematosus) adalah penyakti radang multisistem yang sebabnya belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi disertai oleh terdapatnya berbagai macam autoantibodi dalam tubuh.

B.  Patofisiologi

Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan peningkatan autoantibodi yang   berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal ( sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti hidralazin,  prokainamid,  isoniazid,  klorpromazin  dan   beberapa preparat antikonvulsan di samping makanan  seperti kecambah alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE- akibat senyawa kimia atau obat-obatan.

Pada SLE, peningkatan produksi autoantibodi diperkirakan terjadi akibat  fungsi sel T-supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan  jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya serangsang antibodi tambahan dan siklus tersebut berulang kembali.

C.  Manifestasi Klinis

1.   Sistem Muskuloskeletal

Artralgia, artritis (sinovitis), pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku pada pagi hari.

2.   Sistem integumen

Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang
melintang pangkal hidung serta pipi.

Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.

3.   Sistem kardiak

Perikarditis merupakan manifestasi kardiak.

4.   Sistem pernafasan

Pleuritis atau efusi pleura.

5.   Sistem vaskuler

Inflamasi  pada   arteriole   terminalis  yang   menimbulkan lesi   papuler,
eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan
ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.

6.   Sistem perkemihan

Glomerulus renal yang biasanya terkena.

7.   Sistem saraf

Spektrum gangguan  sistem saraf pusat sangat luas dan  mencakup seluruh bentuk penyakit neurologik, sering terjadi depresi dan psikosis.

D.  Evaluasi Diagnostik

Diagnosis SLE dibuat berdasarkan pada riwayat  sakit yang lengkap dan hasil pemeriksaan darah. Gejala yang klasik mencakup demam, keletihan  serta penurunan berat badan dan kemungkinan pula artritis, peuritis dan perikarditis.
Pemeriksaan serum : anemia sedang hingga berat, trombositopenia, leukositosis atau leukopenia dan antibodi antinukleus yang positif. Tes imunologi diagnostik lainnya mendukung tapi tidak memastikan diagnosis.

E.  Penatalaksanaan Medis

1.    Preparat NSAID untuk mengatasi manifestasi klinis minor dan dipakai
bersama kortikosteroid, secara topikal untuk kutaneus.

2.   Obat antimalaria untuk gejal kutaneus, muskuloskeletal dan sistemik  ringan SLE.

3.   Preparat imunosupresan (pengkelat dan analog purion) untuk fungsi imun.

Asuhan Keperawatan

A.  Pengkajian

1.   Anamnesis

Anamnesis riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik difokuskan pada gejala sekarang dan gejala yang pernah dialami seperti keluhan  mudah lelah, lemah,  nyeri, kaku, demam/panas,  anoreksia dan efek  gejala tersebut terhadap gaya hidup serta citra diri pasien.

2.   Kulit
Ruam eritematous, plak eritematous pada kulit kepala, muka atau leher.

3.   Kardiovaskuler

Friction rub perikardium yang menyertai miokarditis dan efusi pleura. Lesi eritematous papuler dan purpura yang menjadi nekrosis menunjukkan gangguan vaskuler terjadi di ujung jari tangan, siku, jari kaki dan permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tanga.

4.   Sistem Muskuloskeletal

Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku pada pagi hari.

5.   Sistem integumen

Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang
melintang pangkal hidung serta pipi. Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.

6.   Sistem pernafasan

Pleuritis atau efusi pleura.

7.   Sistem vaskuler

Inflamasi  pada   arteriole   terminalis  yang   menimbulkan lesi   papuler,
eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan
ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.

8.   Sistem Renal

Edema dan hematuria.

9.   Sistem saraf

Sering terjadi depresi dan psikosis, juga serangan kejang-kejang, korea
ataupun manifestasi SSP lainnya.

B.  Masalah Keperawatan

1.   Nyeri

2.   Keletihan

3.   Gangguan integritas kulit
4.   Kerusakan mobilitas fisik

5.   Gangguan citra tubuh

C.  Intervensi

1.   Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan jaringan.

Tujuan : perbaikan dalam tingkat kennyamanan

Intervensi :

a.   Laksanakan sejumlah tindakan yang memberikan kenyamanan (kompres
panas /dingin; masase, perubahan posisi, istirahat; kasur busa, bantal penyangga, bidai; teknik relaksasi, aktivitas yang mengalihkan perhatian)

b.   Berikan preparat antiinflamasi, analgesik seperti yang dianjurkan.

c.   Sesuaikan jadwal pengobatan untuk memenuhi kebutuhan pasien terhadap penatalaksanaan nyeri.

d.   Dorong pasien untuk  mengutarakan perasaannya tentang rasa nyeri serta sifat kronik penyakitnya.

e.    Jelaskan patofisiologik nyeri dan  membantu pasien untuk menyadari
bahwa rasa nyeri sering membawanya kepada metode terapi yang belum terbukti manfaatnya.

f.   Bantu dalam mengenali nyeri kehidupan seseorang yang membawa pasien untuk memakai metode terapi yang belum terbukti manfaatnya.

g.   Lakukan penilaian terhadap perubahan subjektif pada rasa nyeri.

2.    Keletihan  berhubungan  dengan peningkatan  aktivitas penyakit, rasa nyeri, depresi.

Tujuan : mengikutsertakan tindakan sebagai bagian dari aktivitas hidup
sehari-hari yang diperlukan untuk mengubah.

Intervensi :

a.   Beri penjelasan tentang keletihan :

1)   hubungan antara aktivitas penyakit dan keletihan
2)    menjelaskan tindakan untuk memberikan kenyamanan sementara
melaksanakannya

3)    mengembangkan dan mempertahankan  tindakan rutin unutk tidur
(mandi air hangat dan teknik relaksasi yang memudahkan tidur)

4)    menjelaskan pentingnya istirahat  untuk mengurangi stres  sistemik, artikuler dan emosional

5)    menjelaskan  cara mengggunakan teknik-teknik untuk menghemat tenaga

6)   kenali faktor-faktor fisik dan emosional yang menyebabkan kelelahan.

b.   Fasilitasi pengembangan jadwal aktivitas/istirahat yang tepat.

c.   Dorong kepatuhan pasien terhadap program terapinya.

d.   Rujuk dan dorong program kondisioning.

e.    Dorong nutrisi adekuat termasuk sumber zat besi dari makanan dan
suplemen.

3.    Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan  penurunan rentang gerak, kelemahan otot, rasa nyeri pada saat bergerak, keterbatasan daya tahan fisik.

Tujuan : mendapatkan  dan mempertahankan  mobilitas fungsional yang
optimal.

Intervensi :

a.   Dorong verbalisasi yang berkenaan dengan keterbatasan dalam mobilitas.

b.   Kaji kebutuhan akan konsultasi terapi okupasi/fisioterapi :

1)   Menekankan kisaran gherak pada sendi yang sakit

2)   Meningkatkan pemakaian alat bantu

3)   Menjelaskan pemakaian alas kaki yang aman.

4)   Menggunakan postur/pengaturan posisi tubuh yang tepat.

c.   Bantu pasien mengenali rintangan dalam lingkungannya.

d.   Dorong kemandirian dalam mobilitas dan membantu jika diperlukan.
1)   • Memberikan waktu yang cukup untuk melakukan aktivitas

2)   • Memberikan kesempatan istirahat sesudah melakukan aktivitas.

3)   • Menguatkan kembali prinsip perlindungan sendi

4.   Gangguan citra tubuh berhubungqan dengan  perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang diakibatkan penyakit kronik.

Tujuan : mencapai rekonsiliasi antara konsep diri dan erubahan fisik serta psikologik yang ditimbulkan enyakit.

Intervensi :

a.   Bantu pasien  untuk mengenali unsur-unsur pengendalian gejala penyakit
dan penanganannya.

b.   Dorong verbalisasi perasaan, persepsi dan rasa takut

1)   Membantu menilai situasi sekarang dan menganli masahnya.

2)   Membantu menganli mekanisme koping pada masa lalu.

3)   Membantu mengenali mekanisme koping yang efektif.

5.   Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit, penumpukan kompleks imun.

Tujuan : pemeliharaan integritas kulit.

Intervensi :

a.   Lindungi kulit yang sehat terhadap kemungkinan maserasi

c.   Hilangkan kelembaban dari kulit

d.    Jaga dengan  cermat terhadap  resiko terjadinya sedera termal akibat penggunaan kompres hangat yang terlalu panas.

e.   Nasehati pasien untuk menggunakan kosmetik dan preparat tabir surya.

f.    Kolaborasi pemberian NSAID dan kortikosteroid.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...