STROKE HEMORAGIK
1. KONSEP DASAR
a. Definisi
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah
otak. Stroke dapat terjadi akibat pembentukkan thrombus di suatu arteri cerebrum,
akibat emboli yang mengalir ke otak dari tempat lain ke tubuh, atau akibat
perdarahan otak.pada stroke. Terjadi hipoksia cerebrum yang menyebabkan cedera
dan kematian sel-sel neuron.
Adapun gejala-gejala yang timbul :
Secara tiba-tiba dalam waktu sejenak, beberapa menit, jam, atau setengah hari.
Serentak dengan hilang kesadaran ( pingsan = koma )
Secara berangsur–angsur dan disertai kesdaran yang menurun
Serentak tanpa gangguan kesadaran
Langsung setelah mendapatkan kejang fokal pada lengan atau tungkai ataupun
sebelah / seluruh tubuh, dengan hilangnya kesadaran sewaktu kejang umum.
Beberapa waktu setelah mendapatkan serangan vertigo atau sakit kepala.
Beberapa waktu setelah mengidap buta mutlak menetap pada sisi yang
berlawanan dengan sisi tubuh tumpuh
Beberapa waktu setelah mengidap buta sementara, sekali atau beberapa kali (
buta puganya )
Serentak atau tidak lama setelah mengidap infark jantung atau berada dalam
keadaan hipotensi.
Gejala-gejal trersebut di atas merupakan manifestasi infark regional dari
otak, daerah subkortikal atupun dengan bantuan otak. Sehingga stroke dapat
didefinisikan sebagai suatu sindroma akibat lesi vaskuler regional dibatang otak,
daerah subkortikal atau kortikal.
b. Etiologi
Ateroskierosis (trombosis)
Embolisme
Hipertensi yang menimbulkan perdarahan interserebral rupture aneurisme
sakular
Trombosis (penyakit tromboklusif)
40 % kaitannya dengan kerusakan local dinding pada akibat anterosklerosis.
Proses aterosklerosis ditandai dengan piak berlemak pada lapisan intima arteri
besar. Bagian intima arteri serebri menjadi tipis dan berserabut, sedangkan sel-sel
ototnya menghilang. Lumina elastika interna robek dan berjumbal, sehingga lumen
pembuluh sebagian berisi oleh materi sklerotik tersebut.
Embolisme
Embolisme serebri termasuk urutan kedua dari penyebab utama stroke.
Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu trombus dalam jantung, sehingga
masalah yang dihadapi sesungguhnya merupakan perwujudan penyakit jantung,
jarang terjadi berasal dari plak ateromatosa sinus carotikus (carotisintema). Setiap
batang otak dapat mengalami embolisme tetapi biasanya embolus akan menyumbat
bagian-bagian yang sempit.
Pendarahan serebri
Perdarahan intracranial biasanya disebabkan oleh subtura arteri serebri
extrapasasi darah terjadi didaerah otak dan atau subarakhnoid, sehingga jaringan
yang terletak didekatnya akan tergeser dan tertekan.
c. Patofisologi
Infark regional kortikal, subkortikal maupun infark regional dibatang otak
terjadi karena kawasan perdarahan suatu arteri bertambah atau berkurang mendapat
jatah darah lagi. Jatah darah tidak dapat disampaikan kedaerah tersebut oleh karena
arteri yang bersangkutan tersumbat ataupun pecah. Lesi yang terjadi dinamakan
Infark Iskemik jika arteri tersumbat dan infark hemoragik jika arteri pecah. Maka
dari itu stroke dapat dibagi dalam:
a) Stroke iskemik
b) Stroke hemoragik
Stroke iskemik dapat dibedakan lagi dalam stroke embolik dan trombotik. Pada
stroke trombotik didapati oklusi ditempat arteri serebral yang bertrombus. Pada
stroke emboloik penyumbatan disebabkan oleh suatu embolus yang terdapat
bersumber pada arteri serebral, karotis interna, vertebra basilar, arkus aorta
desendens, ataupun katup serta endokardium jantung. Embolus tersebut berupa
suatu trombus yang terlepas dari dinding arteri yaitu ateroskerotik dan berulserasi
ataupun gumpalan trombosit yang terjadi karena fibrasi atrium, gumpalan kulan
karena endokarditis bakteri atau gumpalan darah dan jaringan karena infark mural.
Keadaan arteri-arteri serebral yaitu sudah ateroskerosis atau ateriosklerosik itu
mendasari sebagian besar lesi vaskuler diotak dan batang otak sebagaimana nanti
akan dijelaskan lebih lanjut, arteri-arteri serebral tersebut di atas dapat dianggap
sebagai arteri-arteri yang tidak sehat.
a. Secara structural arteri-arteri tersebut mempermudah terjadinya oklusi dan
turbulensi (karena penyempitan lumen) sehingga mempermudah terjadinya
embolus
b. Secara fungsional arteri-arteri tersebut tidak dapat mengelolah dilatasi dan
kontriksi vaskuler secara sempurna. Sehingga pada keadaan-keadaan yaitu
kritis akan timbul gangguan sirkulasi yang mengakibatkan terjadinya askhemia
dan infark serebri
d. Tanda Dan Gejala
Adapun manifestasi “Stroke” adalah deficit neurogik yaitu dapat berupa:
Hemiparesis
Dimana lengan dan tungkai sesisi lumpuh dari tungkai atau sebaliknya.
Hemihipertensi atau kemiparestesia
Dimana lengan dan tungkai sesisi hipestetik sama beratnya, atau lengan sesisi
lebih hipestetik daripada tungkai atau sebaliknya
Hemiparesis dan hemihipestasia
Diplegia
Yaitu kedua sisi tubuh mempertahankan tanda-tanda kelumpuhan
“uppermotoneurone” (UMN)
Afasi atau disfasia sensorik atau motorik
Hemiparesis dengan apasia / dispasia sensorik / motorik
Hemiparesis dengan hemianopia
Hemiparesis alternans
Hemihipestasia
e. Penatalaksanaan Medik
Untuk penatalaksanaan medik penyakit Hemorogik Stroke adalah obat-obatan.
f. Prognosis
Penderita hemorogik Stroke mengalami kelumpuhan fisik dan mental dan juga
tidak mampu bergerak, berbicara atau makan secara normal dengan kata lain hasil
akhirnya tidak sembuh total.
II. Konsep Dasar Keperawatan
A. Riwayat Keperawatan
Dasar data pengkajian pasien
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensasi atau paralysis (hemiplegia)
Tanda :
Gangguan tonus otot, terjadi kelemahan umum
Gangguan penglihatan
Gangguan tingkat kesadaran
b. Sirkulasi
Gejala : adanya penyakit jantung (penyakit jantung vaskuler, GJK,
endokarditis bacterial), polisitemia, riwayat hypotensi postural.
Tanda :
Hipertensi arterial (dapat ditemukan pada CSV) sehubungan adanya
embolisme / malformasi vaskuler
Nadi : frekuensi dapat bervariasi (karena ketidak stabilan fungsi
jantung, obat-obatan, efek stroke pada pusat vasomotor)
Distritmia, perubahan EKG.
c. Integritas Ego
Gejala : perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa
Tanda:
a. Emosi yang labil dan ketidak siapan untuk marah, sedih dan gembira
b. Kesulitan untuk mengekspresikan diri
d. Eliminasi
Gejala :
Perubahan pola berkemih seperti inkontinensia urine, anuria
Distensi abdomen (distensi kandung kemih berlebihan) bising usus
negative (ileus paralitik)
e. Makanan / Cairan
Gejala:
Nafsu makan hilang
Mual, muntah selama fase akut
Kehilangan sensasi (rasa kecap) pada lidah, pipi dan tenggorokan,
disfagia
Tanda : kesulitan menelan, obesitas (faktor resiko)
f. Neurosensorik
Gejala :
Sinkope / pusing, sakit kepala
Sentuhan : hilangnya rangsangan sensorik, kontralateral
Gangguan rasa pengecpan dan penciuman
Tanda :
Tingkat kesadaran: biasanya terjadi koma pada tahap awal hemoragik
Afasia : gangguan atau kehilangan fungsi bahasa
Kehilangan kemampuan untuk mengenali, gangguan persepsi
Kehilangan kemampuan motorik saat pasien ingin menggerakan
(apraksia)
g. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda
Tanda : tingkahlaku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan pada otot / pasia
h. Pernapasan
Gejala : merokok (faktor resiko)
Tanda : ketidakmampuan menelan / batuk / hambatan jalan napas
i. Interaksi social
Tanda : masalah bicara, ketidakmampuan untuk berkomunikasi
j. Penyuluhan dan pembelajaran
Gejala : adanya riwayat hipertensi pada keluarga, stroke (faktor resioko),
kecanduan alcohol (resiko)
C. Pemeriksaan Diagnostik
Berdasarkan data dasar pengkajian klien pada system neorologis (hemorogik
stroke) maka diangkat diagnosa keperawatan berikut:
a) Angiografi serebral: membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik,
seperti pendarahan
b) Skan CT
c) Ultrasonografi Doppler
d) EEG (Electro Enchephalo Gram)
e) Sinar X tengkorak
D. Masalah / Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan interupsi aliran darah sehubungan dengan edema serebral d/d
perubahan tingkat kesadaran, kehilangan memori, perubahan dalam respon
sensorik / motorik dan gelisah.
Intervensi : tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan /
penyebab khusus selama koma / perubahan tingkat kesadaran
Rasional : mempengaruhi penetapan intervensi, kerusakan / kemunduran
tanda / gejala neurologist / kegagalan memperbaiki memerlukan
tindakan pembedahan atau pasiaen dipindahkan keruang
perawatan kritis (ICU) untuk mempermudah pemantauan.
Intervensi : pantau / catat status neurologis sesering mungkin dan bandingkan
dengan keadaan normalnya / standart
Rasional : mengetahui kecenderungan tingkat kesadaran dan mengetahui
lokasi, luas dan kemajuan kerusakan SSP.
Intervensi (mandiri) : pantau tanda-tanda vital seperti adanya hipertensi /
hipotensi, frekuensi dan irama jantung
Rasional : variasi mungkin terjadi oleh karena tekanan / trauma serebral
pada daerah vasomotor otak. Hipo / hipertensi dapat menjadi
faktor pencetus serta perubahan terutama adanya bradikardi dapat
terjadi sebagai akibat adanya kerusakan otak
Intervensi (kolaborasi): berikan oksigen sesuai indikasi, dan juga obat sesuai
indikasi seperti anti koagulasi
Rasional : menurunkan hipoksia dan dapat digunakan untuk memperbaiki
aliran darah serebral sehingga mencegah pembekuan saat
embolus / thrombus
b. Gangguan mobilitas fisik / kerusakan s/d edema serebral d/d kelemahan,
parastesia, kerusakan kognitif d/d ketidakmampuan bergerak, kerusakan
koordinasi, keterbatasan rentang gerak, penurunan kekuatan / control otot
Intervensi (mandiri): kaji kemampuan secara fungsional / luasnya kerusakan
awal dan dengan cara yang teratur
Rasional : mengidentifikasikan kekuatan / kelemahan dan dapat
memberikan informasi tentang pemulihan.
Intervensi : ubah posisi minimal dua jam (telentang / miring) jika
memungkinkan bias lebih sering jika diletakan pada posisi yang terganggu
Rasional : menurunkan resiko terjadinya trauma / ischemia jaringan daerah
yang terkena mengalami pemburukan / sirkulasi yang lebih jelek
Intervensi (kolaborasi): berikan tempat tidur dengan matras bulat,
Rasional : meningkatkan distribusi merata berat badan yang menurunkan
tekanan pada tulang-tulang tertentu dan membantu untuk
mengurangi kerusakan kulit / terbentuknya dekubitus
c. Gangguan komunikasi s/d kerusakan sirkulasi serebral d/d ketidakmampuan
berbicara, ketidakmampuan memahami bahasa tertulis / ucapan dan
ketidakmampuan untuk menentukan dan menyebutkan kata-kata
Intervensi (mandiri): kaji tipe derajat disfungsi, seperti pasien tidak tampak
memahami kata atau mengalami kesulitan berbicara atau membuat pengertian
sendiri
Rasional : membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan serebral
yang terjadi dan kesulitan pasien dalam beberapa atau seluruh
tahap komunikasi
Intervensi : tunjukan objek dan minta pasien untuk menyebutkan nama benda
tersebut
Rasional : melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan motorik seperti
pasien mengenalinya tetapi tidak dapat menyebutkannya
Intervensi : minta pasien untuk menulis nama atau kalimat yang pendek jika
tidak dapat menulis mintalah pasien untuk membaca kalimat yang pendek
Rasional : menilai kemampuan menulis (agrafia) dan kekurangan dalam
membaca yang benar (aleksia) yang merupakan bagian dari afasia
sensoris dan motorik
Intervensi (kolaborasi): konsultasikan dengan / rujuk kepada ahli terapi wicara
Rasional : pengkajian secara individual kemampuan bicara sensoris, motorik
dan kognitif berfungsi untuk mengidentifikasi kekurangan /
kebutuhan terapi
d. Gangguan perubahan persepsi sensorik s/d stress psikologi d/d disorientasi
terhadap waktu, tempat dan orang
Intevensi (mandiri): evaluasi ada gangguan penglihatan, catat ada penurunan
lapang pandang, perubahan ketajaman persepsi
Rasional : munculnya gangguan penglihatan dapat berdampak negative
terhadap kemampuan pasien untuk menerima lingkungan
Intervensi : kaji kesadaran sensoris seperti membedakan panas / dingin, tajam
/ tumpul, rasa persendian
Rasional : penurunan kesadaran terhadap sensorik dan kerusakan perasaan
kinetic dan berpengaruh terhadap keseimbangan possisi tubuh
dan kesesuaian yang mengganggu ambulasi
Intervensi : dekati pasien dari daerah penglihatan yang normal. Biarkan
lampu menyala; letakan benda dalam jangkauan pandang penglihatan yang
normal
Rasional : pemberian terhadap adanya orang / benda dapat membantu
masalah persepsi; mencegah pasien dari terkejut
Intervensi : lindungi pasien dari suhu yang berlebihan, kaji adanya
lingkungan yang membahayakan
Rasional : meningkatkan keamanan pasien yang menurunkan resiko
terjadinya trauma
e. Gangguan menelan, kerusakan s/d resiko tinggi terhadap kerusakan
neuromuskuler / perceptual
Intrvensi (mandiri): bantu pasien dengan mengontrol kepala
Rasional : menetralkan hiperekstensi, membantu mencegah aspirasi dan
meningkatkan kemampuan untuk menelan
Intervensi : letakan pasien pada posisi duduk / tegak selama dan setelah
makan
Rasional : menggunakan gravitasi untuk memudahkan proses menelan dan
menurunkan resiko terjadinya aspirasi
Intervensi : letakan makan pada mulut yang tidak terganggu
Rasional : memberikan stimulasi sensorik (termsuk rasa kecap) yang dapat
mencetuskan usaha untuk menelan dan meningkatkan masukan
Intervensi (kolaborasi): berikan cairan melalui IV atau makanan melalui
selang
Rasional : mungkin diperlukan untuk memberikan cairan pengganti dan
jujga makanan jika pasien tidak mampu untuk memasukan segala sesuatu kedalam.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito,LyndaJuall,1995.Nursing Care Plant and Documentation.Philadelphia JB Lipneot Company
Mauwaba.1998.Ilmu Kebidanan,Penyakit dalam.EGC:Jakarta
Prawirohardjo,Sarwono.1994.Ilmu Kandungan.Yayasan Bina Pustaka:Jakarta
Supriadi,Teddy.1994.Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Gineklogi.EGC:Jakarta
bagus dan sangat membantu
BalasHapuspathwaynya mana ?
BalasHapusterima kasih infonya. sangat bagus dan bermanfaat OBAT STROKE,
BalasHapus