Konsep Dasar
Penyakit Gastritis
1.
Pengertian
Gastritis
adalah peradangan pada permukaan mukosa lambung yang dimana ditemukan adanya
kerusakan-kerusakan berupa erosi. ( Soeparman, Waspadji, Sarwono, 1998 ).
Terjadinya radang
difus di mukosa lambung, dengan erosi-erosi yang mungkin berdarah dan sering
menyebabkan nyeri epigastrium. ( Junaidi, Purnawan, dkk, 1996 ).
Gastritis
adalah peradangan pada mukosa gaster yang merupakan akibat ketidakmampuan
gaster menerima suatu zat atau makanan, yang mana penyakit ini digolongkan
sebagai suatu infeksi pada saluran
pencernaan. ( Price, Sylvia, A,
1995 ).
Gastritis
merupakan peradangan yang umum, terjadinya pada seluruh populasi terutama pada
tahun-tahun lanjut dan kehidupan dewasa. ( Guyton, Arthur C, Hall E, Johni,
1999 ).
Gastritis
merupakan salah satu gangguan pada saluran cerna berupa erosi dan perdarahan
akibat factor-faktor agresif atau akibat gangguan sirkulasi akut mukosa
lambung. ( Mansjoer, Arif, 1990 ).
2.
Etiologi
Adapun
etiologi Gastritis menurut Soeparman, dkk, 1990, yaitu sebagai berikut :
a. Gastritis akut erosif dapat timbul tanpa diketahui
sebabnya. Penyebab yang paling sering dijumpai adalah :
1) Obat analgetik antiinflamasi, terutama aspirin. Dalam dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi
mukosa lambung.
2) Bahan kimia misalnya
lysol.
3) Merokok.
4) Alkohol.
5) Stress fisik yang
disebabkan oleh luka baker, sepsis, trauma, pembedahan, gagal pernafasan, gagal
ginjal, kerusakan suasana saraf pusat.
6) Refluks usus lambung.
7) Endotoksin.
b.
Gastritis kronik
Etiologi pada umumnya belum diketahui Gastritis kronik juga sering dijumpai
bersama-sama dengan penyakit lain, misalnya : anemia pernisiosa, anemia
defisiensi besi karena adanya perdarahan kronis.
3.
Patofisiologi
Lambung merupakan tempat penyimpanan makanan pada
saluran pencernaan. Makanan yang masuk ke saluran pencernaan yang mengandung
zat iritan ( alcohol, nikotin, asam, dan pedas ) dan endotoksin akan
menyebabkan stressor fisis. Dan stressor psikologis akan menstimulasi saraf
simpatis dan parasimpatis. Kedua penyebab yaitu stressor fisis dan stressor
psikologis akan menyebabkan peningkatan enzim lambung ( Hcl dan Gastrin )
kemudian terjadilah akumulasi dan konsentrasi asam meningkat pada lambung.
Akibat dari asam lambung meningkat akan mengiritasi mukosa lambung, maka
terjadi lisis yang akan menimbulkan penyakit gastritis. Manifestasi dari
Gastritis secara psikologis yaitu cemas. Sedangkan manifestasi klinis yaitu
nyeri epigastrium, mual, anoreksia, distensi abdomen dan susah tidur. (
Soeparman, dkk, 1990 ).
Terdapat gangguan keseimbangan factor agresif dan
factor divensive sehingga terjadi kerusakan atau kelainan patologi. Dengan
adanya iritasi yang terus menerus, jaringan jadi mengakibatkan peradangan dan
nekrosis pada dinding lambung.
Factor-faktor penyebab iritasi lambung menurut arief Mansjoer, 2001 :
Faktor agresif
|
Faktor defensive
|
· Asam
lambung
· Pepsin
· AINSD
· Empedu
· Infeksi
virus
· Infeksi
bakteri ; H. pylori
· Bahan korosif; asam dan
basa
|
· Mukus
· Bikarbonas
mukosa
· Prostaglandin
mikrosirkulasi
|
4.
Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasinya Gastritis menurut Price, Sylvia A, et al, 1995
dapat dibagi menjadi dua jenis, yang paling sering terjadi yaitu :
a. Gastritis superfisialis akut
Gastritis ini merupakan jenis yang paling sering ditemukan, biasanya jinak,
dapat sembuh sendiri. Ini merupakan respon dari mukosa lambung terhadap
berbagai iritan local. Endoktoksin, bakteri kafein, alcohol dan aspirin serta
makanan berbumbu ( lada ataupun cuka ) dapat menjadi penyebab timbulnya gejala
yang mengarah pada gastritis.
b. Gastritis atrofik
kronik
Merupakan gastritis karena adanya atrifi progresif pada epitel kelenjer
yang disertai hilangnya sel parietal dan chief cell. Hal ini menyebabkan penurunan
dari produksi asam klorida, pepsin dan factor intrinsic menurun. Dinding
lambung menipis dan mukosa permukaannya menjadi rata. Gastritis atrofik kronik
diduga menjadi factor predisposisi timbulnya tukak lambung dan karsinoma.
5.
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis Gastritis menurut Price, Sylvia A, 1995, yaitu :
a. Gastritis akut
Dapat bervariasi dari keluhan seperti anoreksia atau mual, sampai gejala
yang lebih berat seperti nyeri epigastrium, muntah, perdarahan dan hematomesis.
b. Gastritis atrofik
kronik
Manifestasi klinik pada gastritis ini umumnya bervariasi dan tak jelas
seperti perasaan penuh, anoreksia dan adanya distress epigastrik yang tak
nyata.
6. Pemeriksaan
penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang Gastritis menurut Hudak dan Gallo, 1996,
seperti di bawah ini :
a. Nilai haemoglobin dan hematokrit
untuk menentukan adanya anemia akibat perdarahan.
b. Kadar serum
gastrin rendah atau normal, atau meninggi pada gastritis kronik yang berat.
c. Pemeriksaan rontgen dengan sinar X
barium untuk melihat kelainan mukosa lambung.
d. Endoskopi dengan menggunakan gastrocopy
untuk melihat kelainan mukosa lambung.
e. Pemeriksaan asam lambung untuk
mengetahui ada atau tidak peningkatan asam lambung.
7. Komplikasi dari
gastritis.
( Mansjoer Arief, et al , 1999)
1)
Perdarahan saluran cerna bagian atas
2)
Ulkus
3)
Perporasi
4)
Anemia kerena gangguan absorbsi vitamin B12
8.
Pengobatan
a. Gastistis akut menurut Price, Sylvia
A, 1995, yaitu :
1) Pemberian obat-obat
anti muntah dalam membantu menghilangkan gejala mual dan muntah.
2) Jika muntah terus
menerus perlu dilakukan pemantauan terhadap pemenuhan cairan dan elektrolit
dengan memberikan infus intravena.
3) Mengatasi penyebab
apabila diketahui.
4) Pemberian obat-obat H2
blocking (seperti ranitidine). Berguna mengurangi asam lambung.
5) Istirahat
fisik dan psikis serta makan lunak selama masa timbulnya penyakit.
b. Gastritis kronis
menurut Soeparman, dkk, 1990, yaitu :
1)
Pengobatan biasanya tergantung pada penyebab kelainan yang dicurigai, yang
keluhannya dapat dihubungkan dengan Gastritis kronis.
2) Pemberian vitamin B12.
3) Jika penyebabnya ditemukan
misalnya refluks usus lambung, sebaiknya dilakukan koreksi.
9. Pencegahan
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah timbulnya kembali
serangan Gastritis baik akut maupun kronis, menurut Long C, Barbara, 1996,
yaitu :
a. Usahakan makan
secara teratur.
b. Hindari makanan yang
merangsang seperti asam, pedas, maupun makanan yang terlalu manis.
c.
Hindari buah-buahan seperti durian, nenas, dan nangka.
d. Hindari makanan
ketan.
e.
Hindari sayuran yang rendah serat dan mengandung banyak gas seperti kol.
f.
Hindari minuman alkohol dan merokok.
g. Kurangi
mengkonsumsi kopi dan teh
h. Tetap lakukan
makanan dengan porsi kecil tapi sering (tiap 2 atau 3 jam) dengan makan roti
atau makanan lainnya.
C.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gastritis
Proses keperawatan adalah suatu metode dimana suatu
konsep diterapkan dalam praktek keperawatan yang mana hal ini disebut sebagai
penekanan Problem Solving yang memerlukan ilmu, tekhnik dan keterampilan
inter personal dan ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien atau keluarga
(Nursalam, 2001).
Proses keperawatan sendiri terdiri atas lima tahap
yang mendasar dan berhubungan. Kelima tahap tersebut adalah pengkajian,
penentuan diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Iyer et al, 1996).
Semua tahap ini berhubungan dengan fungsi
intelektual problem sorving dan mendefinisikan suatu tindakan keperawatan.
1. Pengkajian
Merupakan awal dari proses keperawatan yang meliputi aspek bio, psiko,
sosio, spiritual. Pengkajian dimaksudkan untuk mendapatkan informasi atau
data-data tentang pasien. Dimana data tersebut bisa berasal dari pasien sendiri
yang disebut data primer maupun informasi yang berasal dari keluarga pasien dan
catatan-catatan yang ada kaitannya dengan kondisi pasien serta informasi
dari tim kesehatan yang merawat pasien disebut data sekunder.
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan dasar
utama dari proses keperawatan secara keseluruhan. Pengkajian keperawatan dibagi
menjadi 4 tahap yaitu : pengumpulan data, validasi data, pengorganisasian data
dan identifikasi masalah atau analisa masalah. (La Ode Jumadi Gaffar, S.Kp,
1999).
Untuk klien dengan Gastritis pada pengkajian
didapat data-data sebagai berikut:
a. Aktivitas/istirahat :
Gejala :
kelemahan, kelelahan
Tanda :
tacikardia, hiperventilasi 9respon terhadap aktivitas)
Sirkulasi
Gejala :
hipotensi (termasuk postural)
Tacikardia, disritmia (hipovolemia/hipoksemia)
Kelemahan nadi perifer
Pengisian kapiler lambat/perlahan
Kelembaban kulit/membrane mokosa : berkeringat
Psikologik
b. Integritas ego
Gejala : faktor
stress akut atau kronis
Tanda : tanda ansietas (gelisah)
c. Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah
sebelumnya pernah mendapat masalah
d. Abdomen
Tanda : nyeri tekan abdomen, distensi.
e. Makanan/cairan
Gejala : anoreksia, mual, muntah, nyeri ulu
hati. Tidak toleran
terhadap makanan; pedas, asam atau terlalu manis.
Tanda : membran mukosa agak
kering (terutama bibir), jumlah makanan kurang dari kebutuhan tubuh.
Cairan peroral kurang dari 2000
cc/hari.
f. Neurosensori
Gejala : rasa
pusing, kelemahan fisik.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri digambarkan sebagai nyeri yang
tajam, dangkal ataupun perih rasa ketidaknyamanan/distress samar-samar setelah
makan banyak dan hilang dengan makan.
nyeri epigastrium pada kuadran 1 dan 2. Nyeri
berkurang setelah diberikan antansida.
Factor pencetus : makanan yang merangsang, perokok,
alkoholisme,
Penggunaan obat-obat tertentu, stressor psikologik.
Tanda : wajah
berkerut, agak pucat.
h. Psikososial dan penyakit keluarga
Kemungkinan dalam keluarga ada yang menderita
penyakit gastrointestinal. Bagaimana persepsi klien terhadap penyakitnya dan
bagaimana pemecahan yang diambilnya untuk mengatasinya.
i. Penyuluhan dan
pembelajaran
Gejala
: adanya kebiasaan untuk makan makanan yang pedas.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau rperubahan pola) dari individu atau kelompok
dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan
intervensi secara pasti untuk menjadi status kesehatan, menurunkan, membatasi,
mencegah dan merubah (Carpenito, 200).
Doenges (2000) mengatakan bahwa diagnosa keperawatan adalah : masalah
kesehatan actual, dan potensial dimana berdasarkan pendidikan dan pengalaman
dia mampu dan mempunyai kewenangan memberikan tindakan keperawatan.
Adapun diagnosa keperawatan pada klien dengan gastritis, yaitu :
a.
Nyeri berhubungan dengan iritasi lambung.
b. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan mual dan anorexia.
c.
Gangguan pemenuhan istirahat dan tidur berhubungan dengan nyerigaigastrium
d. Defisit
knowledge berhubungan dengan kurang informasi.
3. Perencanaan
Tahapan dalam perencanaan ini meliputi menentukan prioritas, menentukan kriteria
hasil, menentukan rencana tindakan dan pendukomentasian (Nursalam, 2001),
terdapat tiga rencana tindakan dalam tahap rencana tindakan yaitu : rencana
tindakan perawat, rencana tindakan pelimpahan (medis dan tim kesehatan lain)
dan program atau perintah medis untuk klien yang dalam pelaksanaannya dibantu
perawat (Carpenito, 2001).
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang timbul pada klien dengan gastritis,
maka rencana keperawatan yang dapat dirumuskan antara lain :
a.
Nyeri yang berhubungan dengan iritasi lambung.
Tujuan : nyeri berkurang sampai dengan hilang.
Kriteria hasil : - klien mengatakan nyeri berkurang
- klien tampak rileks
- tanda-tanda ulta : TD, nadi dalam batas
normal
Rencana tindakan :
1. Kaji penyebab
timbulnya nyeri atau terjadinya nyeri.
Rasional : digunakan sebagai dasar tindakan selanjutnya
2. Catat karateristik
nyeri meliputi durasi, lokasi dan intensitasnya (skala 0 – 10)
Rasional : mengetahui seberapa jauh nyeri dan menentukan
etiologinya serta mengantisipasi terjadinya komplikasi.
3. Observasi tanda-tanda vital
Rasional : mengetahui keadaan umum klien
4. Ciptakan suasana
perawatan yang tenang.
Rasional : mengurangi stimulus yang tidak diinginkan
5. Ajarkan
tehnik rileksasi dan nafas dalam
Rasional : dapat mengurangi ketegangan
syaraf sehingga klien lebih rilex dan nyeri berkurang
6. Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian obat analgetik
Rasional : medikamentosa dapat mengurangi nyeri.
b. Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan anoreksia.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil : klien tidak mual lagi
klien menghabiskan porsi makanan
peningkatan HB, peningkatan BB mencapai berat badan
ideal, conjungtiva tidak eremis.
Rencana tindakan :
1. Kaji
status nutrisi dan factor-faktor penyebab kurangnya intake nutrisi.
Rasional : untuk mengetahui sejauh mana perkembangan dari keadaan
pasien. Dan perubahan yang terjadi.
2. Anjurkan klien makan
dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : mencegah perangsangan yang mendadak pada lambung
3. Hindari makanan yang
keras dan merangsang peningkatan asam lambung seperti pedas, asam, kopi,
alcohol dan lain-lain.
Rasional : untuk menghindari kerja lambung yang berat dan
meminimalkan Iritasi pada
lambung.
4. Timbang berat badan
setiap hari
Rasional : untuk mengetahui perkembangan
berat badan.
5. Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian antiematik
Rasional : untuk mencegah mual, nyeri dan
rasa tidak nyaman.
c. Gangguan
pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri epigastrium
Tujuan : setelah dilakukan intervensi diharapkan istirahat dantidur
terpenuhi.
Kriteria hasil :
- Klien dapat tidur
sesuai kebutuhannya.
- Klien tidak terlihat lesu dan lemah
- Tidak terlihat lingkaran hitam pada
palpebra inferior dan superior.
Rencana tindakan :
1. Kaji tingkat
kebutuhan istirahat tidur
Rasional : untuk mengetahui tingkat gangguan kebutuhan istirahat
Tidur
2. Atur
posisi yang nyaman bagi klien.
Rasional : dengan posisi yang mendukung
dapat memberikan rasa nyaman
3. Diskusikan dengan
pasien tentang pola dan kebiasaan pada saat akan tidur.
Rasional : dengan menggunakan kebiasaan
yang sama walaupun dengan
lingkungan yang berbeda diharapkan klien dapat
tidur seperti biasa.
4. Ganti laken dan
pakaian klien setiap hari.
Rasional : agar klien merasa nyaman dan
tidak gerah pada saat tidur.
5. Ciptakan
lingkungan yang terang dan nyaman.
Rasional : dengan lingkungan terang
diharapkan klien tidur dengan nyenyak.
6. Berikan
obat sesuai dengan indikasi.
Rasional : mengurangi nyeri yang klien
rasakan.
d. Defisit
knowledge berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
pengertian gastritis, etiologi, tanda dan gejala serta
pencegahan.
Tujuan
: setelah dilakukan
tindakan keperawatan kurangnya informasi dapat.
Kriteria
hasil
:
- Klien dan keluarga tidak bertanya lagi
-
Klien dan keluarga mengerti tentang pengertian gastritis etiologi, tanda dan
gejala pencegahan.
Rencana tindakan :
1. Kaji tingkat
pengetahuan klien
Rasional : untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien.
2. Beri penjelasan
tentang penyakit gastritis, etiologi, tanda dan gejala serta pencegahan dan
anjurkan pasien untuk kooperatif.
Resional : Dengan penjelasan dapat meningkatkan pengetahuan
klien serta keluarga dan diharapkan dapat mencegah dari kekambuhan.
3. Berimotivasi klien
untuk sembuh
Rasional : agar klien bermotivasi untuk
sembuh.
0 komentar:
Posting Komentar