Pages

Selasa, 17 Juli 2012

ASKEP KPD


Asuhan keperawatan Ketuban Pecah Dini
(KPD)


1.1.  Konsep Dasar
1.1.1.        Definisi
            KPD ( Ketuban Pecah Dini ) adalah pecah nya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan mulai dan di tunggu satu jam belum terjadi inpartu sebagian besar KPD adalah hamil aterm di atas 27 minggu, sedangkan dibawah 36 minggu tidak terlalu banyak
( Ida Bagus, 2001 )
            KPD ( Ketuban Pecah Dini ) adalah ketuban yang pecah spontan yang terjadi pada sembarang usia kehamilan sebelum persalinan di mulai ( Mansjoer Arif, 2000 : 310 )
             Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan satu jam atau lebih sebelum terjadi tanda-tanda persalinan. (Arief Mansjoer, 1999 : 310)

1.1.2.        Anatomi Fisiologi
                        Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan adalah 1000 – 1500 cc
            Ciri-ciri kimiawi :
Air ketuban berwarna putih kekeruhan, berbau khas amis, dan berasa manis, reaksinya agak alkalis atau netral, berat jenis 1,008. Komposisinya terdiri atas 98 % air, sisanya albumin, urea, asam urik, kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo, verniks kaseosa dan garam anorganik. Kadar protein kira-kira 2,6 gr % per liter terutama sebagai albumin.
Dijumpai lecitin spingomyelin dalam air ketuban amat berguna untuk mengetahui apakah janin sudah mempunyai paru-paru yang matang. Sebab peningkatan kadar lecitin pertanda bahwa permukaan paru-paru diliputi zat surfaktan. Ini merupakan syarat bagi paru-paru untuk berkembang dan bernapas. Bila persalinan berjalan lama atau ada gawat janin atau pada letak sungsang akan kita jumpai warna ketuban keruh kehijau-hijauan, karena telah bercampur dengan mekonium.
·                     Fungsi Air Ketuban
1.                  Untuk proteksi janin.
2.                  Untuk mencegah perlengketan janin dengan amnion.
3.                  Agar janin dapat bergerak dengan bebas.
4.                  Regulasi terhadap panas dan perubahan suhu.
5.                  Mungkin untuk menambah suplai cairan janin
6.                  Meratakan tekanan intra – uterin dan membersihkan jalan lahir bila ketuban pecah.
7.                  Peredaran air ketuban dengan darah cukup lancar dan perputarannya cepat, kira-kira 350-500 cc.
·                     Asal Air Ketuban
1.                  Kencing janin (fetal urin)
2.                  Transudasi dari darah ibu
3.                  Sekresi dari epitel amnion
4.                  Asal campuran (mixed origin)
( Ida Bagus, 2001 )

1.1.3.        Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini (KPD) mempunyai dimensi multifaktorial yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
1.1.3.1.  Serviks inkopeten
1.1.3.2.  Ketegangan rahim berlebihan; kehamilan ganda, hidramnion
1.1.3.3.  Kelainan letak janin dalam rahim, letak sunsang, letang lintang
1.1.3.4.  Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah belum masuk PAP, sepalopelvik disproforsi
1.1.3.5.  Kelainan bawaan dari selaput ketuban
1.1.3.6.  Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga menyebabkan ketuban pecah.
( Arif Monsjoer, dkk, 2001 : 310 )

1.1.4.        Manifestasi Klinik
1.1.4.1.  keluar ketuban warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau / kecoklatan sedikit / banyak
1.1.4.2.  dapat di sertai demam bila sudah ada infeksi
1.1.4.3.  janin mudah teraba
1.1.4.4.  pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada , air ketuban sudah kering
1.1.4.5.        inspeksikula, tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban tidak ada dan air ketuban ketuban sudah kering ( Arief Mansjoer, dkk,2001 : 310 )

1.1.5.        Patofisiologi
Kantong amnion yang utuh berfungsi sebagai suatu mekanik terhadap. infeksi tetapi selain itu cairan amnion mempunyai beberapa sifat bakteri ostatik yang dapat memainkan peran dalam pencegahan kario amnionitis dan infeksi janin. Membran yang utuh bukan merupakan sawar mutlak terhadap infeksi karena kolonisasibakteri terjadi 10% pasien dalam persalinan cukup bulan, dengan membrane yang utuh sampai 25% pasien dalam persalinan kurang bulan. Janin kurang bulan dengan ketuban pecah dini, resiko infeksi dan sepsis yang keberadaannya di dalam rahim ahkan dapat menjadi problematik, bagi ibu resikonya bukan saja terjadi kariomnitis tetapi juga bisa terjadi kegagalan induksi, maka harus dilakukan operasi section caesaria.

1.1.6.        Komplikasi
        1.1.6.1. infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
        1.1.6.2. partus peterm
Persalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu ( antara 20 – 37 minggu ) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram ( Manuaba, 1998 : 221)
        1.1.6.3. prolap Tali pusat
     Tali pusat menumbung
        1.1.6.4. distasia ( partus Kering)
         Pengeluaran cairan ketuban untuk waktu yang akan lama akan menyebabkan dry labour atau persalinan kering

1.1.7. Pemeriksaan Penunjang
1.1.6.1.  Pemeriksaan Leukosid darah > 15000 / ul bila terjadi infeksi
1.1.6.2.  test lakmus merah berubah menjadi biru
1.1.6.3.  amnio sentetis
1.1.6.4.   USG ( menentukan usia kehamilan , indeks cairan amnion berkurang )          
 ( Arief Monsjoer, dkk, 2001 : 313 )

1.1.8. Penatalaksanaan
1.1.8.1. Keperawatan
a.       Rawat rumah sakit dengan tirah baring.
b.       Tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin.
c.       Umur kehamilan kurang 37 minggu.
d.       Antibiotik profilaksis dengan amoksisilin 3 x 500 mg selama 5 hari.
e.       Memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan memberikan kortikosteroid untuk mematangkan fungsi paru janin.
f.        Jangan melakukan periksan dalam vagina kecuali ada tanda-tanda persalinan.
g.       Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi atau gawat janin.
h.       Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada kontraksi uterus maka lakukan mobilisasi bertahap. Apabila pelepasan air berlangsung terus, lakukan terminasi kehamilan.
1.1.8.2.  Medis
a.       Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi. Bila ditemukan tanda-tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka lakukan terminasi kehamilan.
b.       Induksi atau akselerasi persalinan.
c.       Lakukan seksiosesaria bila induksi atau akselerasi persalinan mengalami kegagalan.
d.       Lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus berat ditemukan.

            ASUHAN KEPERAWATAN
1.2.1. pengkajian
1.2.1.1. Biodata klien
                           Biodata klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
1.2.1.2. Keluhan utama  :
keluar cairan warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau / kecoklatan sedikit / banyak, pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering, inspeksikula tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudahkering
1.2.1.3. Riwayat haid
                           Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi, siklus haid, hari pertama haid dan terakhir, perkiraan tanggal partus
1.2.1.4.Riwayat Perkawinan
                           Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa? Apakah perkawinan sah atau tidak, atau tidak direstui dengan orang tua ?
1.2.1.5.  Riwayat Obstetris
                  Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboraturium : USG , darah, urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh
1.2.1.6.Riwayat penyakit dahulu
                           Penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan yang dijalani nya, dimana mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau kambuh berulang – ulang
1.2.1.7. Riwayat kesehatan keluarga
                           Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara genetic seperti panggul sempit, apakah keluarga ada yg menderita penyakit menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah di derita oleh keluarga
1.2.1.8. Kebiasaan sehari –hari
a. Pola nutrisi : pada umum nya klien dengan KPD mengalami penurunan nafsu makan, frekuensi minum klien juga mengalami penurunan
b.  Pola istirahat dan tidur : klien dengan KPD mengalami nyeri pada daerah pinggang sehingga pola tidur klien menjadi terganggu, apakah mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum)
c. Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin),hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine karena rasa takut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, freguensi, konsistensi,rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan toilet.
d. Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan  pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian,                            tata rias rambut dan wajah
e. Aktifitas : Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien dengan KPD di anjurkan untuk bedresh total
f. Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang membuat fresh dan relaks.
1.2.1.9. pemeriksaan fisik
a.       Pemeriksaan kesadaran klie, BB / TB, tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu
b.       Head To Toe
§  Rambut    : warna rambut, jenis rambut, bau nya, apakah ada luka lesi / lecet
§  Mata        : sklera nya apakah ihterik / tdk, konjungtiva anemis / tidak, apakah palpebra oedema / tidak,bagaimana fungsi penglihatan nya baik / tidak, apakah klien menggunakan alat bantu penglihatan / tidak. Pada umu nya ibu hamil konjungtiva anemis
§  Telinga     : apakah simetris kiri dan kanan, apakah ada terdapat serumen / tidak, apakah klien menggunakan alt bantu pendengaran / tidak, bagaimana fungsi pendengaran klien baik / tidak
§  Hidung     : apakah klien bernafas dengan cuping hidung / tidak, apakah terdapat serumen / tidak, apakah fungsi penciuman klien baik / tidak
§  Mulut dan gigi       :  bagaimana keadaan mukosa bibir klien, apakah lembab atau kering, keadaan gigi dan gusi apakah ada peradangan dan pendarahan, apakah ada karies gigi / tidak, keadaan lidah klien bersih / tidak, apakah keadaan mulut klien berbau / tidak. Pada ibu hamil pada umum nya berkaries gigi, hal itu disebabkan karena ibu hamil mengalami penurunan kalsium
§  Leher       : apakah klien mengalami pembengkakan tyroid
§  Paru – paru
I  : warna kulit, apakah pengembangan dada nya simetris kiri dan kanan, apakah ada terdapat luka memar / lecet, frekuensi pernafasan nya
P : apakah ada teraba massa / tidak , apakah ada teraba pembengkakan / tidak, getaran dinding dada apakah simetris / tidak antara kiri dan kanan
P : bunyi Paru
A : suara nafas
§  Jantung
I : warna kulit, apakah ada luka lesi / lecet, ictus cordis apakah terlihat / tidak
P : frekuensi jantung berapa, apakah teraba ictus cordis pada ICS% Midclavikula
P : bunyi jantung
A : apakah ada suara tambahan / tidak pada jantung klien
§  Abdomen
I : keadaan perut, warna nya, apakah ada / tidak luka lesi dan lecet
P : tinggi fundus klien, letak bayi, persentase kepala apakah sudah masuk PAP / belum
P : bunyi abdomen
A : bising usu klien, DJJ janin apakah masih terdengar / tidak
§  Payudara : puting susu klien apakah menonjol / tidak,warna aerola, kondisi mamae, kondisi ASI klien, apakah sudah mengeluarkan ASI /belum
§  Ekstremitas
Atas : warna kulit, apakah ada luka lesi / memar, apakah ada oedema / tidak
Bawah : apakah ada luka memar / tidak , apakah oedema / tidak
§  Genitalia : apakah ada varises atau tidak, apakah ada oedema / tidak pada daerah genitalia klien
§  Intergumen : warna kulit, keadaan kulit, dan turgor kulit baik / tidak

1.2.2. Tindakan Keperawatan
1. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, pecah ketuban,     kerusakan kulit, penurunan hemoglobin, pemajanan pada patogen
Tujuan :
 - infeksi tidak terjadi pada ibu
kriteria hasil
- pencapaian tepat waktu pada pemulihan luka tanpa komplikasi

Intervensi
- Tinjau ulang kondisi/faktor risiko yang ada sebelumnya.
-Catat waktu pecah ketuban.
-  Kaji terhadap tanda dan gejala infeksi (misalnya: peningkatan suhu, nadi, jumlah sel darah putih, atau bau/warna rabas vagina).
-Berikan perawatan perineal sedikitnya setiap 4 jam bila ketuban telah pecah
Rasional
 - Kondisi dasar ibu, seperti diabetes atau hemoragi, menimbulkan potensial resiko infeksi atau penyembuhan luka yang buruk.
 - Resiko rioamnionitis meningkat dengan berjalannya waktu, sehingga meningkatkan resiko infeksi ibu dan janin.
 - Pecah ketuban terjadi 24jam sebelum pembedahan dapat menyebabkan amnionitis sebelum intervensi bedah dan dapat mengubah penyembuhan luka.
- Untuk mencegah agar tidak terjadi infeksi

2. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terjadi nya ketegangan otot rahim
Tujuan :
-          rasa nyeri berkurang
Kriteria hasil :
-          klien tampak tenang
-          klien tampak nyaman

Intervensi
-monitor tanda – tanda vital : TD, pernafasan, nadi dan suhu
-ajrakan klien teknik relaksasi
-atur posisi klien
- berikan lingkungan yang nyaman dan batasi pengunjung
Rasional
-  nyeri dapat mengakibatkan peningkatan frekuesni pernafasan dan nadi
- untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan klien
-  untuk memberikan kenyamanan pada klien agar klien dapat beristirahat.

3. Ansietas berhubungan dengan kurang nya pengetahuan atau konfirmasi tentang penyakit
Tujuan :
-          klien pengetahuan klien bertambah setelah diberikan informasi mengenai penyakit nya.
kriteria hasil :
-          klien tidak resah lagi dengan peyakit nya

Intervensi
- tinjau proses penyakit dan harapan masa depan
- dorong periode istirahat yang adekuat dengan aktifitas terjadwal
-  berikan pelayanan kesehatan mengenai penyakit nya
-jelas kan kepada klien apa yg terjadi, berikan kesempatan untuk bertanya dan berikan jawaban yang terbuka dan jujur
Rasional
-  memberikan pengetahuan dasar dimana klien dapat membuat pilihan
-  agar klien tidak merasa jenuh dan mempercepat proses penyembuhan
-   agar klien mengerti dengan bahaya nya infeksi dan penyakit nya
- menunjukkan realitas situasi yang dapat membantu klien atau orang terdekat menerima realitas dan mulai menerima apa yang terjadi

4. Gangguan kebutuhan  istirahat tidur berhubungan dengan adanya nyeri , peningkatan HIS
tujuan :
-          kebutuhan istirahat tidur klien terpenuhi
Kriteria hasil :
-          klien dapat tidur dengan tenang dan tidak gelisah
-          klien menunjukkan pola tidur yang adekuat

Intervensi
-  lakukan pengkajian terhadap gangguan kebutuhan tidur
-  motivasi klien agar mengalihkan perhatian
- monitor kebutuhan tidur
- ciptakan suasana nyaman
Rasional
-  agar dapat memberikan gambaran sampai sejauh mana kebutuhan tidur terganggu
-  dengan mengalihkan perhatian, maka perhatian klien tidak hanya tertuju pada rasa nyeri sehingga membantu relaksasi pada klien sewaktu tidur
-  untuk mengetahui apakah kebutuhan tidur klien terpenuhi seperti biasa atau belum
-  suasana yang tenang dapat membantu relaksasi sehingga nyeri berkurang dan klien bisa tidur

5. Intoleransi aktifitas b.d. kelemahan fisik
Tujuan:
- aktivitas kembali sesuai kemampuan pasien.
Kriteria hasil:
- pasien bisa beraktivitas seperti biasa.

Intervensi
- Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seminimal
mungkin.
- Beri posisi nyaman.
- Anjurkan menghemat energy hindari kegiatan yang melelahkan.
- Jelaskan pentingnya mobilisasi diri.
Rasional
-  agar kebutuhan sehari – hari klien dapat terpenuhi seperti biasa nya
 - agar klien merasa nyaman dan tenang
-  kelelahan dapat menyebabkan lama nya proses penyembuhan klien,,jadi dengan menghindari kegiatan yang melelahkan dapat membantu proses penyembuhan


0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...