Haris Notes

Kumpulan Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Terlengkap.

Anda Kesulitan dalam Mengerjakan Tugas Asuhan Keperawatan ?

Kami Siap Membantu Anda 24 Jam Non Stop.

Pro Evolution Soccer 6

Oops, Disini Juga Menyediakan Update Transfer Untuk PES 6 Lho !

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Pages

Minggu, 11 November 2012

ASKEP JANTUNG KORONER

Asuhan Keperawatan PJK
(Penyakit Jantung Koroner)

I.      KONSEP DASAR MEDIS
A.   Pengertian
Penyakit Jantung Koroner adalah salah satu akibat utama arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah nadi) yang dikenal sebagai atherosklerosis. Pada keadaan ini pembuluh darah nadi menyempit karena terjadi endapan-endapan lemak (atheroma dan plaques) pada didindingnya. Pembuluh darah koroner merupakan penyalur aliran darah (membawa 02 dan makanan yang dibutuhkan miokard agar dapat berfusi dengan baik.

B.   Etiologi
1.    98 % karena proses arterio skelosis pada arteri koronaria.
2.    2 % karena kelainan arteri koronaria yang lain.
Adanya aterosklerosis koroner dimana terjadi kelainan pada intima bermula berupa bercak fibrosa (fibrous plaque) dan selanjutnya terjadi ulserasi, pendarahan, kalsifikasi dan trombosis. Perjalanan dalam kejadian aterosklerosis tidak hanya disebabkan oleh faktor tunggal, akan tetapi diberati juga banyak faktor lain seperti : hipertensi, kadar lipid, rokok, kadar gula darah yang abnormal.
Penyakit jantung koroner (PJK) dapat juga disebabkan antara lain:
1.    Hipertensi
2.    Kolesterol darah
3.    Merokok
4.    Diet 
5.    Usia
6.    Sex
7.    Kurang latihan
8.    Turunan

C.   Patofisiologi
1.    Iskemia
Iskemia adalah suatu keadaan kekurangan oksigen yang bersifat sementara dan reversibel. Penurunan suplai oksigen akan meningkatkan mekanisme metabolisme anaerobik. Iskemia yang lama dapat menyebabkan kematian otot atau nekrosis. Keadaan nekrosis yang berlanjut dapat menyebabkan kematian otot jantung (infark miokard). Ventriekel kiri merupakan ruang jantung yang paling rentan mengalami iskemia dan infark, hal ini disebabkan kebutuhan oksigen ventrikel kiri lebih besar untuk berkontraksi. Metabolisme anaerobik sangat tidak efektif selain energi yang dihasilkan tidak cukup besar juga meningkatkan pembentukan asam laktat yang dapat menurunkan PH sel (asidosis). Iskemia secara khas ditandai perubahan EKG: T inversi, dan depresi segmen ST.
Gabungan efek hipoksia, menurunnya suplai energi, serta asidosis dapat dengan cepat mengganggu fungsi ventrikel kiri. Kekuatan kontraksi pada daerah yang terserang mengalami gangguan, serabut ototnya memendek, serta daya kecepatannya menurun. Perubahan kontraksi ini dapat menyebakan penurunan curah jantung. Iskemia dapat menyebabkan nyeri sebagai akibat penimbunan asam laktat yang berlebihan. Angina pektoris merupakan nyeri dada yang menyertai iskemia miokardium.
2.    Angina
Angina pektoris dapat dibagi: angina pektoris stabil (stable angina), angina pektoris tidak stabil (unstable angina), angina variant (angina prinzmetal).
a.    Angina Pectoris Stabil
Nyeri dada yang tergolong angina stabil adalah nyeri yang timbul saat melakukan aktifitas. Rasa nyeri tidak lebih dari 15 menit dan hilang dengan istirahat
b.    Angina Pectoris tidak Stabil
Pada UAP nyeri dada timbul pada saat istirahat, nyeri berlangsung lebih dari 15 menit dan terjadi peningkatan rasa nyeri
c.    Angina Varian
Merupakan angina tidak stabil yang disebabkan oleh spasme arteri koroner
3.    Infark
Iskemia yang berlangsung lebih dari 30 menit dapat menyebabkan kerusakan sel yang ireversibel dan kematian otot (nekrosis). Bagian miokardium yang mengalami nekrosis atau infark akan berhenti berkontraksi secara permanen.

D.   Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dapat berupa :
1.    Tanpa gejala
2.    Angina pektoris
3.    Infark miokard akut
4.    Aritmia
5.    Payah jantung
6.    Kematian mendadak

E.   Pemeriksaan Penunjang Diagnostik
1.    Pemeriksaan fisik EKG istirahat yang menunjujkkan depresi ST atau inversi T. penelitian menunujukkan bahwa banyak terdapat hasil yang popsitif palsu maupun negatif palsu
2.    Dalam hal – hal tertentu dapat dilakukan pemeriksaan dengan bahan – bahan radio aktif
3.    Echocardiografi dapat membantu evaluasi miokard yang iskemik atau nekrotik pada penyakit jantung kotoner
4.    Pemeriksaan rekaman EKG selama 24 jam atau lebih, yaitu holter monitorig, sangat berguna untuk menemukan angina variant atau iskemik miokard tenang
5.    Angigrafi koroner dianggap sebagai acuan dasar untuk diagnmostik PJK.

F.    Penatalaksanaan
Pada dasarnya pengobatan penyakit jantung koroner adalah sbb:
1.    Menghentikan, atau mengurangi atau regresi dari proses aterosklerosis dengan cara menegndalikan faktor – faktor resiko
-          Tidak merokok
-          Latihan fisik sesuai demngan kemampuan jantung penderita
-          Diet untuk mencapai profil lemak yang baik dan berat badan yang ideal.
-          Mengendalikan rtekanan darah tinggi, DM, dan sterss mental
-          Pemakaian obat – oabatan untk mengatasi iskemia miokard
-          Latihan fisik sesuai demngan kemampuan jantung penderita
-          Diet untuk mencapai profil lemak yang baik dan berat badan yang ideal.
-          Mengendalikan tekanan darah tinggi, DM, dan sterss mental
2.    Pemakaian obat – oabatan untk mengatasi iskemia miokard
3.    Pengobatan terhadap akibat –akibat dari iskemia miokard, misalnya :
-          Aritmia
-          Gagal jantung
4.    Pengobatan revaskularisasi
Apabila dengan pengobatan dengan obat – obatan keluhan penderita tak dapat diiatasi sehingga mengganggu kualitas hidupnya, maka harus dipertimbangkan pengobatan revaskularisasi, yang bisa terdiri dari:
-          Angioplasti koroner
-          Bedah pintas koroner
5.    Penanggulangan infark miokard akut, yang memerlukan penatalaksanaan khusus.

II.      KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A.   Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada penderita penyakit jantung koroner antara lain:
1.    Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan inotropik, perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik, perubahan structural
2.    Aktivitas intoleran berhubungan dengan ketidak seimbangan antar suplai okigen, kelemahan umum, tirah baring lama/immobilisasi.
3.    Kelebihan volume cairan berhubungan dengan  menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air
4.    Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan : perubahan menbran kapiler-alveolus.
5.    Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema dan penurunan perfusi jaringan.
6.    Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan program pengobatan berhubungan dengan  kurang pemahaman/kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal.
B.   Intervensi
1.   Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan inotropik, perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik, perubahan structural.
Kriteria hasil : 
-          Menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia                              terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung
-          Melaporkan penurunan epiode dispnea, angina
-          Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung.
Intervensi :
-          Auskultasi nadi apical ; kaji frekuensi, iram jantung
-          Catat bunyi jantung
-          Palpasi nadi perifer
-          Pantau TD
-          Kaji kulit terhadp pucat dan sianosis
-          Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat  sesuai indikasi  (kolaborasi)
2.   Aktivitas intoleran berhubungan dengan ketidak seimbangan antar suplai okigen, kelemahan umum, tirah baring lama/immobilisasi.
Kriteria hasil:
-          Berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi perawatan diri sendiri.
-          Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oelh menurunnya kelemahan dan kelelahan.
Intervensi:
-          Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien menggunakan vasodilator,diuretic dan penyekat beta.
-          Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, diritmia, dispnea berkeringat dan pucat.
-          Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.
-          Implementasi program rehabilitasi jantung/aktivitas (kolaborasi)
3.   Kelebihan volume cairan berhubungan dengan  menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air.
Kriteria hasil :
-          Mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan danpengeluaran, bunyi nafas bersih/jelas, tanda vital dalam rentang yang dapat diterima, berat badan stabil dan tidak ada edema.
-          Menyatakan pemahaman tentang pembatasan cairan individual.
Intervensi:
-          Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana diuresis terjadi.
-          Pantau/hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam
-          Pertahakan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama fase akut.
-          Pantau TD
-          Kaji bisisng usus. Catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan konstipasi.
-          Pemberian obat sesuai indikasi (kolaborasi)
-          Konsul dengan ahli diet.
4.    Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan : perubahan menbran kapiler-alveolus.
Kriteria hasil :
-          Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenisasi dekuat pada jaringan ditunjukkan oleh oksimetri dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernapasan.
-          Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam btas kemampuan/situasi.
Intervensi :
-          Pantau bunyi nafas, catat krekles
-          Ajarkan/anjurkan klien batuk efektif, nafas dalam.
-          Dorong perubahan posisi.
-          Pantau/gambarkan seri GDA, nadi oksimetri.
-          Berikan obat/oksigen tambahan sesuai indikasi
5.   Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema dan penurunan perfusi jaringan.
Kriteria hasil:
-          Mempertahankan integritas kulit
-          Mendemonstrasikan perilaku/teknik mencegah kerusakan kulit.
Intervensi:
-          Pantau kulit, adanya edema, area sirkulasinya terganggu/pigmentasi atau kegemukan/kurus.
-          Pijat area kemerahan atau yang memutih
-          Ubah posisi sering ditempat tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak pasif/aktif.
-          Berikan perawtan kulit, minimalkan dengan kelembaban/ekskresi.
-          Hindari obat intramuskuler
6.   Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan program pengobatan berhubungan dengan  kurang pemahaman/kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal.
Kriteria hasil :
-          Mengidentifikasi hubungan terapi untuk menurunkan episode berulang dan mencegah komplikasi.
-          Mengidentifikasi stress pribadi/faktor resiko dan beberapa teknik untuk menangani.
-          Melakukan perubahan pola hidup/perilaku yang perlu.
Intervensi :
-          Diskusikan fungsi jantung normal
-          Kuatkan rasional pengobatan.
-          Anjurkan makanan diet pada pagi hari.
-          Rujuk pada sumber di masyarakat/kelompok pendukung suatu indikasi

DAFTAR PUSTAKA
                        Marilynn E Doenges, dkk., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan,  Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
              Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Sylvia & Lorraine, 1994, Patofisiologi, Konsep Klinis Proses Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
              Staf Pengajar Kesehatan Anak FKUI, 1985, Ilmu Kesehatan Anak, FKUI Jakarta.
              Staf Pengajar Patologi Anatomi FKU Airlangga, 1995, Buku Ajar Patologi II,  FKU Airlangga,   Jakarta.
              Staf Pengajar FKUI, 1986,  Patologi, FKUI, Jakarta.
              Suriadi & Rita Yuliani, 2001, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Penerbit Fajar Interpratama, Jakarta.
              Tierney, dkk., 2002, Diagnosis dan Terapi Kedokteran, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
              Underwood, 1997, Patologi Umum & Sistematik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...