Asuhan
Keperawatan PJK
(Penyakit
Jantung Koroner)
I. KONSEP DASAR MEDIS
A. Pengertian
Penyakit Jantung
Koroner adalah salah satu akibat utama arteriosklerosis (pengerasan pembuluh
darah nadi) yang dikenal sebagai atherosklerosis. Pada keadaan ini pembuluh
darah nadi menyempit karena terjadi endapan-endapan lemak (atheroma dan
plaques) pada didindingnya. Pembuluh darah koroner merupakan penyalur aliran
darah (membawa 02 dan makanan yang dibutuhkan miokard agar dapat berfusi dengan
baik.
B. Etiologi
1.
98
% karena proses arterio skelosis pada arteri koronaria.
2.
2
% karena kelainan arteri koronaria yang lain.
Adanya aterosklerosis koroner dimana
terjadi kelainan pada intima bermula berupa bercak fibrosa (fibrous plaque) dan
selanjutnya terjadi ulserasi, pendarahan, kalsifikasi dan trombosis. Perjalanan
dalam kejadian aterosklerosis tidak hanya disebabkan oleh faktor tunggal, akan
tetapi diberati juga banyak faktor lain seperti : hipertensi, kadar lipid, rokok,
kadar gula darah yang abnormal.
Penyakit jantung
koroner (PJK) dapat juga disebabkan antara lain:
1.
Hipertensi
2.
Kolesterol
darah
3.
Merokok
4.
Diet
5.
Usia
6.
Sex
7.
Kurang
latihan
8.
Turunan
C. Patofisiologi
1.
Iskemia
Iskemia adalah suatu keadaan
kekurangan oksigen yang bersifat sementara dan reversibel. Penurunan suplai
oksigen akan meningkatkan mekanisme metabolisme anaerobik. Iskemia yang lama
dapat menyebabkan kematian otot atau nekrosis. Keadaan nekrosis yang berlanjut
dapat menyebabkan kematian otot jantung (infark miokard). Ventriekel kiri
merupakan ruang jantung yang paling rentan mengalami iskemia dan infark, hal
ini disebabkan kebutuhan oksigen ventrikel kiri lebih besar untuk berkontraksi.
Metabolisme anaerobik sangat tidak efektif selain energi yang dihasilkan tidak
cukup besar juga meningkatkan pembentukan asam laktat yang dapat menurunkan PH
sel (asidosis). Iskemia secara khas ditandai perubahan EKG: T inversi, dan
depresi segmen ST.
Gabungan efek hipoksia, menurunnya
suplai energi, serta asidosis dapat dengan cepat mengganggu fungsi ventrikel
kiri. Kekuatan kontraksi pada daerah yang terserang mengalami gangguan, serabut
ototnya memendek, serta daya kecepatannya menurun. Perubahan kontraksi ini dapat
menyebakan penurunan curah jantung. Iskemia dapat menyebabkan nyeri sebagai
akibat penimbunan asam laktat yang berlebihan. Angina pektoris merupakan nyeri
dada yang menyertai iskemia miokardium.
2.
Angina
Angina pektoris dapat dibagi: angina
pektoris stabil (stable angina), angina pektoris tidak stabil (unstable
angina), angina variant (angina prinzmetal).
a.
Angina
Pectoris Stabil
Nyeri dada yang tergolong angina
stabil adalah nyeri yang timbul saat melakukan aktifitas. Rasa nyeri tidak
lebih dari 15 menit dan hilang dengan istirahat
b.
Angina
Pectoris tidak Stabil
Pada UAP nyeri dada timbul pada saat
istirahat, nyeri berlangsung lebih dari 15 menit dan terjadi peningkatan rasa
nyeri
c.
Angina
Varian
Merupakan angina
tidak stabil yang disebabkan oleh spasme arteri koroner
3.
Infark
Iskemia yang berlangsung lebih dari 30
menit dapat menyebabkan kerusakan sel yang ireversibel dan kematian otot
(nekrosis). Bagian miokardium yang mengalami nekrosis atau infark akan berhenti
berkontraksi secara permanen.
D. Manifestasi
Klinis
Manifestasi
klinis dapat berupa :
1.
Tanpa
gejala
2. Angina pektoris
3. Infark miokard
akut
4. Aritmia
5. Payah jantung
6. Kematian mendadak
E. Pemeriksaan
Penunjang Diagnostik
1.
Pemeriksaan
fisik EKG istirahat yang menunjujkkan depresi ST atau inversi T. penelitian
menunujukkan bahwa banyak terdapat hasil yang popsitif palsu maupun negatif
palsu
2.
Dalam
hal – hal tertentu dapat dilakukan pemeriksaan dengan bahan – bahan radio aktif
3.
Echocardiografi
dapat membantu evaluasi miokard yang iskemik atau nekrotik pada penyakit
jantung kotoner
4.
Pemeriksaan
rekaman EKG selama 24 jam atau lebih, yaitu holter monitorig, sangat berguna
untuk menemukan angina variant atau iskemik miokard tenang
5.
Angigrafi
koroner dianggap sebagai acuan dasar untuk diagnmostik PJK.
F. Penatalaksanaan
Pada dasarnya
pengobatan penyakit jantung koroner adalah sbb:
1.
Menghentikan,
atau mengurangi atau regresi dari proses aterosklerosis dengan cara
menegndalikan faktor – faktor resiko
-
Tidak merokok
-
Latihan fisik sesuai demngan kemampuan jantung penderita
-
Diet untuk mencapai profil lemak yang baik dan berat badan yang ideal.
-
Mengendalikan rtekanan darah tinggi, DM, dan sterss mental
-
Pemakaian obat – oabatan untk mengatasi iskemia miokard
-
Latihan fisik sesuai demngan kemampuan jantung penderita
-
Diet untuk mencapai profil lemak yang baik dan berat badan yang ideal.
-
Mengendalikan tekanan darah tinggi, DM, dan sterss mental
2.
Pemakaian
obat – oabatan untk mengatasi iskemia miokard
3.
Pengobatan
terhadap akibat –akibat dari iskemia miokard, misalnya :
-
Aritmia
-
Gagal jantung
4.
Pengobatan
revaskularisasi
Apabila dengan pengobatan dengan obat
– obatan keluhan penderita tak dapat diiatasi sehingga mengganggu kualitas
hidupnya, maka harus dipertimbangkan pengobatan revaskularisasi, yang bisa
terdiri dari:
-
Angioplasti koroner
-
Bedah pintas koroner
5.
Penanggulangan
infark miokard akut, yang memerlukan penatalaksanaan khusus.
II. KONSEP
DASAR KEPERAWATAN
A. Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim muncul
pada penderita penyakit jantung koroner antara lain:
1.
Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas miokardial/perubahan inotropik, perubahan frekuensi, irama dan
konduksi listrik, perubahan structural
2.
Aktivitas intoleran
berhubungan dengan ketidak seimbangan antar suplai okigen,
kelemahan umum, tirah baring lama/immobilisasi.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan
dengan menurunnya laju filtrasi
glomerulus (menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi
natrium/air
4. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan : perubahan menbran kapiler-alveolus.
5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas
kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema dan penurunan perfusi
jaringan.
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar)
mengenai kondisi dan program pengobatan berhubungan dengan kurang pemahaman/kesalahan persepsi tentang
hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal.
B. Intervensi
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas miokardial/perubahan inotropik, perubahan frekuensi, irama dan
konduksi listrik, perubahan structural.
Kriteria hasil
:
-
Menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau
hilang) dan bebas gejala gagal jantung
-
Melaporkan penurunan epiode dispnea, angina
-
Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung.
Intervensi :
-
Auskultasi nadi apical ; kaji frekuensi, iram jantung
-
Catat bunyi jantung
-
Palpasi nadi perifer
-
Pantau TD
-
Kaji kulit terhadp pucat dan sianosis
-
Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat sesuai indikasi (kolaborasi)
2. Aktivitas intoleran berhubungan dengan ketidak seimbangan
antar suplai okigen, kelemahan umum, tirah baring lama/immobilisasi.
Kriteria hasil:
-
Berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi perawatan diri sendiri.
- Mencapai
peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oelh menurunnya
kelemahan dan kelelahan.
Intervensi:
-
Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien
menggunakan vasodilator,diuretic dan penyekat beta.
-
Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, diritmia,
dispnea berkeringat dan pucat.
-
Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.
-
Implementasi program rehabilitasi jantung/aktivitas (kolaborasi)
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus
(menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air.
Kriteria hasil :
-
Mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan
danpengeluaran, bunyi nafas bersih/jelas, tanda vital dalam rentang yang dapat
diterima, berat badan stabil dan tidak ada edema.
-
Menyatakan pemahaman tentang pembatasan cairan individual.
Intervensi:
-
Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana diuresis terjadi.
-
Pantau/hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam
-
Pertahakan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama fase akut.
-
Pantau TD
-
Kaji bisisng usus. Catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan
konstipasi.
-
Pemberian obat sesuai indikasi (kolaborasi)
-
Konsul dengan ahli diet.
4.
Resiko tinggi gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan : perubahan menbran kapiler-alveolus.
Kriteria hasil :
-
Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenisasi dekuat pada jaringan ditunjukkan
oleh oksimetri dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernapasan.
-
Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam btas kemampuan/situasi.
Intervensi :
-
Pantau bunyi nafas, catat krekles
-
Ajarkan/anjurkan klien batuk efektif, nafas dalam.
-
Dorong perubahan posisi.
-
Pantau/gambarkan seri GDA, nadi oksimetri.
-
Berikan obat/oksigen tambahan sesuai indikasi
5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah
baring lama, edema dan penurunan perfusi jaringan.
Kriteria hasil:
-
Mempertahankan integritas kulit
-
Mendemonstrasikan perilaku/teknik mencegah kerusakan kulit.
Intervensi:
-
Pantau kulit, adanya edema, area sirkulasinya terganggu/pigmentasi atau
kegemukan/kurus.
-
Pijat area kemerahan atau yang memutih
-
Ubah posisi sering ditempat tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak
pasif/aktif.
-
Berikan perawtan kulit, minimalkan dengan kelembaban/ekskresi.
-
Hindari obat intramuskuler
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan program
pengobatan berhubungan dengan kurang
pemahaman/kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal.
Kriteria hasil :
-
Mengidentifikasi hubungan terapi untuk menurunkan episode berulang dan mencegah
komplikasi.
-
Mengidentifikasi stress pribadi/faktor resiko dan beberapa teknik untuk
menangani.
-
Melakukan perubahan pola hidup/perilaku yang perlu.
Intervensi :
-
Diskusikan fungsi jantung normal
-
Kuatkan rasional pengobatan.
-
Anjurkan makanan diet pada pagi hari.
-
Rujuk pada sumber di masyarakat/kelompok pendukung suatu indikasi
DAFTAR PUSTAKA
Marilynn E Doenges,
dkk., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Jakarta.
Ngastiyah, 1997, Perawatan
Anak Sakit, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, Jakarta.
Sylvia & Lorraine,
1994, Patofisiologi, Konsep
Klinis Proses Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Jakarta.
Staf Pengajar Kesehatan Anak FKUI,
1985, Ilmu Kesehatan Anak, FKUI Jakarta.
Staf Pengajar Patologi Anatomi FKU
Airlangga, 1995, Buku Ajar Patologi II, FKU
Airlangga, Jakarta.
Staf Pengajar FKUI, 1986, Patologi, FKUI, Jakarta.
Suriadi & Rita Yuliani, 2001, Asuhan
Keperawatan Pada Anak, Penerbit Fajar Interpratama, Jakarta.
Tierney, dkk., 2002, Diagnosis
dan Terapi Kedokteran, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
Underwood, 1997,
Patologi Umum & Sistematik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.