Pages

Kamis, 19 Juli 2012

ASKEP PARTUS NORMAL


Asuhan Keperawatan
Persalinan Normal


1.        Definisi
Persalinan normal adalah pervaginam tanpa bantuan apapun tidak kurang dari 18 jam, tanpa adanya gangguan jalannya persalinan.
Tanda- tanda persalinan normal:
1. Timbulnya his persalinan ialah his pembukaan dengan sifatnya sebagai berikut :
-          Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.
-          Teratur
-          Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat intensitasnya.
-          Kalau di bawa berjalan bertambah kuat.
-          Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan cervix.
           2.      Keluarnya lendir berdarah dari jalan lahir (show).
-          Dengan pendataran dan pebukaan, lendir dari canalis cervikalis keluar disertai dngan sedikit darah.
-          Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput ajnin pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa kapilair terputus.
    3. Keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong dari jalan lahir.
        Hal ini terjadi kalau ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban itu biasanya pecah, kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap dan dalam hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang lambat sekali.
       Tetapi kadang-kadang ketuban itu pecah pada pembukaan kecil, malahan kadang-kadang selaput janin robek sebelum persalinan.
       Walaupun selaput robek sebelum persalinan, kita boleh mengharapkan bahwa persalinan akan mulai dalam 24 jam setelah air ketuban keluar.
Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan nmembran atau meningkatnya tekanan intra uteri atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina serviks.
                                                                                  (Sarwono Prawiro, 2002)
Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda persalina, waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi kontrasi rahim disebut kejadian ketuban pecah dini (periode laten ).
                                                                     (Ida Bagus Manuaba EGC, 1998)
Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetric terkaitan dengan penyulit kelahiran premature dan terjadinya infeksi khorioamnionitis sampai sepsis yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinata, dan menyebabkan infeksi ibu.
 (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2001)
Ketuban pecah dini atau sponkaneous/early/premature rupture of the membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum partus yaitu bila pembukaan pada premi dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.
 (Rustam Mochtar, 1998)

2. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi multifaktorial yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
-              Serviks inkompeten.
-              Ketegangan rahim berlebihan: kehamilan ganda, hidramnion.
-              Kelainan letak janin dalam rahim: letak sungsang, letak lintang.
-              Kemungkinan kesempitan panggul: bagian terendah belum masuk PAP.
-              Infeksi yang menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proleolitik sel sehingga memudahkan ketuban pecah.
-               
3. Patofisiologi
a.       Terjadi penbukaan premature serviks.
b.      Membrane terkait dengan pembukaan terjadi: selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi.
c.       Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
d.      Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang mengeluarkan enzim: enzim proteolitik dan enzim kolagenase.

4. Manifestasi klinis
a.       Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan sedikit-sedikit atau skaligus banyak.
b.      Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
c.       Janin mudah diraba.
d.      Pada pemeriksaan dalam, selaput dalam sudah tidak ada air ketuban, sudah kering.
e.       Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudah kering.
                                               
5. Komplikasi ketuban pecah dini
a.       Infeksi intrapartum (korioamnionitis)
b.      Persalinan preterm, jika terjadi pada usia kehamilan preterm
c.       Prolaps tali pusat
d.      Oligohidamnion

6. Pemeriksaan diagnostic
1.      Ultrasonografi
ultrasonografi dapat mengidentifikasikan kehamilan ganda, anomaly janin, atau melokalisai kantong amnion pada amniosintesis.
2.      Amniosintesis
cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan paru janin.
3.      Pemantauan janin
membantu dalam mengevaluasi janin.
4.      Protein C-reaktif
peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peningkatan korioamnionitis.
5.      Histopatologi
cairan ditampung dalam tabung reaksi kemudian dibakar sampai tertinggal endapan tersebut dilihat dibawah mikroskop dan bila air ketuban mengalami kelainan maka akan terlihat seperti daun pakis.
6.      Kertas lakmus
bila merah menunjukkan cairan mengandung urine yang bersifat asam, bila biru menunjukkan cairan mengandung air ketuban yang bersifat basa.

7. Penatalaksanaan
a.       Penanganan umum:
Ø  Konfirmasi usia kehamilan,kalau ada dengan USG
Ø  Lakikan pemeriksaan inspekulo untuk menilai cairan yang keluar (jumlah, warna, bau) dan membedakannya dengan urin. Dengan pemeriksaan tes lakmus,bila kertas lakmus biru menunjukkan air ketuban (basa), dan bila kertas lakmus merah menunjukkan cairan urine (asam)
Ø  Jika ibu mengeluh perdarahan pada akhir kehamilan (setelah 32 minggu), jangan melakukan menit pemeriksaan dalam secara digital
Ø  Tentukan ada tidaknya infeksi
Ø  Tentukan tanda-tanda inpartus
b.      Penanganan khusus:
            Konfirmasi diagnosis:
Ø  Bau cairan ketuban yang khas
Ø  Jika keluarnya cairan ketuban sedikit-sedikit, tampung cairan yang keluar dan nilai 1 jam kemudian
Ø  Dengan speculum DTT, lakukan pemeriksaan inspekulo, nilai apakah cairan keluar melalui ostium uteri atau terkumpul di forniks posterior
                                                (Prawirohardjo, 2002)

c.       Penanganan konservatif:
Ø  Rawat di rumah sakit
Ø  Berikan antibiotic (ampisilin 4 x 500 mg atau erittromisin bila tidak tahan ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari
Ø  Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi
Ø  Jika usia kehamilan 32 -37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi,tes busa negative; beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kkesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu
Ø  Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, sudah inpartu,tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam
Ø  Jika usia kehamilan 32 -37minggu, ada infeksi, beri antibiotic dan lakukan induksi
Ø  Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi intra uterin). Klien dianjurkan pada posisi trendelenburg untuk menghindari prolap tali pusat.

d.      Penanganan aktif:
Ø  Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprotal 50 μg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali
Ø  Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotic dosis tinggi dan persalinan diakhiri:
a.       Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks kemudian induksi, jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea
b.      Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan, partus pervaginam
                                 (prawirohardjo, 2002)

8. Implikasi keperwatan/ diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
Resti infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan terhadap organisme, penurunan daya tahan terhadap mikroorganisme penyebab infeksi
Mencapai penyembuhan luka tepat waktu
1.Informasikan pada klien tentang pentingnya personal hygine
2.ajarkan teknik cuci tangan yang benar
1.      Mencegah terpajan mikroorganisme infeksius

2.      Mencegah kontaminasi silang menurunkan resiko tinggi infeksi


Cemas berhubungan dengan adanya ancaman bahaya
Cemas dapat berkurang secara efektif
1.  Menggali bahwa individu cemas dan menyadari situasi yang secara potensial dapt mencetuskan cemas, seperti yang ditunjukan sarat secara fisiologis, emosional dan perilaku 
2.  Mendorong individu menggali cemas dan ekspresikan segala kecemasannya
1.      Selain cemas ekspresikan kemarahan juga adalah reaksi yang sering terhadap suatu penyakit
2.      Ekspresinya dapt berupa agresi, suatu reaksi kompleks perasaan dan perilaku dengan intensitas, durasi dan ekspresi yang berbeda
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan aktifitas, metabolisme tubuh
1.Input dan output volume cairan seimbang
2.Berat badan bertambah
1.  Observasi dan catat masukan volume cairan
2.  Pantau berat badan setiap hari
1.   Mengawasi masukan kebutuhan cairan
2.   Mengetahui berat badan atau aktifitas intervensi

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...